Sejak tinggal di Houston dan mulai menyadari pentingnya hidup sehat, saya jadi gemar membeli buah dan sayur segar. Senang rasanya jika berhasil menemukan buah-buah tropis yang mengingatkan saya pada Indonesia, seperti pepaya, mangga, pisang, dan belewah.Tentu saja, kebanyakan buah-buah tropis itu berasal dari negara lain, biasanya negara-negara di Amerika Tengah atau Amerika Selatan. Nah, masalahnya, mengkonsumsi buah impor di Amerika Serikat kini sedang hangat dibicarakan, bahkan ditentang, karena ternyata buah-buah itu melalui proses yang terlampau panjang untuk mencapai rak-rak di
grocery store.
|
www.healthylifearticle.com |
Proses itu meliputi buah-buah yang dipanen ketika belum masak pohon, lalu buah-buah ini dibawa dalam perjalanan panjang menuju Amerika Serikat dengan terus-menerus disemproti bahan-bahan kimia untuk membuat mereka tidak busuk dan berwarna indah. Buah-buah itu matang di perjalanan, melewati berbagai kondisi cuaca dan ruang penyimpanan. Bagi saya hal ini sangat menyeramkan.
Kini saya baru menyadari betapa anehnya ketika buah-buah tropis bisa ditemukan bahkan ketika musim dingin sekalipun di rak-rak
grocery store. Ada alasan mengapa di Indonesia kita kenal buah yang hadir secara musiman. Musim durian, musim mangga, musim rambutan. Itu lah yang normal! Bukan buah tropis yang ada ketika musim dingin melanda. Atau sebaliknya.
|
Kedondong - http://napicultura.blogspot.com |
Saya jadi rindu nikmatnya makan mangga dan rambutan dari pohon-pohon buah di halaman rumah ibu saya. Mangga dan rambutan yang dipanen ketika mereka sudah matang. Saya jadi rindu duku, lobi-lobi, rambutan, cempedak, nangka, sukun, manggis, jambu air, kedondong dan sawo! Oh, betapa saya rindu sawo. Sawo yang sudah didinginkan di dalam kulkas dan dimakan ketika udara sedang sungguh panas. Oh, sawo..
Di tanggal 10 Juli 2011 lalu, Himpunan Alumni Institut Pertanian Bogor (ada ibu saya di dalamnya!) menggelar kampanye "Gemari Buah Lokal" yang disemarakkan dengan kegiatan bersepeda dan jalan santai yang dilakukan para keluarga besar Himpunan Alumni IPB, sivitas akademika IPB dan masyarakat umum. Tujuh ribu orang hadir untuk menyemarakkan acara itu! Hebat sekali bukan?
|
Sawo! - www.dikabarin.com |
Muhammad Said Didu, Ketua Himpunan Alumni IPB mendesak penyelenggara negara, swasta, hotel, rumah makan, untuk menyajikan menu buah lokal setiap hari Jumat. Hal ini penting karena buah lokal semakin terpinggirkan. Beberapa penyebab adalah kurang tersedianya benih berkualitas dalam jumlah memadai, lemahnya kegairahan petani baru untuk produk-buah-buahan, kurang memadainya infrastruktur logistik buah, perubahaan perilaku konsumen yang semakin menyukai produk impor, semakin mudah dan murahnya buah impor dan kekurang-berpihakan kebijakan fiskal terhadap buah lokal Indonesia.
|
Sukun - Foto: Hans Hillewaert untuk Wikipedia |
Bagi saya, mendukung buah lokal berarti mendukung para petani kita. Bukankah hal ini penting sekali? Mendukung anak-anak bangsa untuk maju dan berdikari secara ekonomi. Dan yang perlu kita lakukan hanya memilih buah lokal daripada buah impor. Tidak rumit. Lagipula, buah-buah lokal Indonesia sungguh enak luar biasa. Eksotik, sehat dan lezat! Lezat kataku!
Comments
Post a Comment