Kemarin Hati Saya Perih



Hal paling menyedihkan dari Ahok masuk penjara adalah teman-teman dan saudara sebangsa yang bersorak-sorai kegirangan. Itu adalah yang paling menusuk hati, paling tidak bagiku.

Berbulan-bulan sudah kata-kata penista agama, kafir, cina, dan non-muslim ditabur kanan-kiri, keluar dari mulut-mulut saudara sebangsa. Mendadak ada jurang lebar menganga dan sebagian saudara sebangsa nampaknya nyaman berada di seberang sana, berkoar-koar tentang dosa dan neraka, agama yang disiksa oleh si penista, dan Tuhan yang terluka. Tapi tahukah mereka (atau Anda), bahwa yang terluka oleh kata-kata itu adalah saudara sebangsa? Adalah teman-teman sendiri? Adalah manusia-manusia yang membuat hidup saya, Anda, dan mereka lebih berwarna; saya, mereka, tetanggamu, saudaramu. Mendadak kalian ada di atas sana dan kami-kami yang berbeda pendapat (dan keyakinan) ditunjuk-tunjuk bagai pendosa yang tak layak dikasihi.

Kasih. Kata itu lembut dan sederhana, namun sungguh kuat perkasa. Sadarkah kamu, mengasihi jauh lebih sulit daripada memusuhi dan menyimpan dendam? Mengasihi perlu kebesaran hati, perlu kerendahan hati, perlu ego yang diredam. Mengasihi adalah mengampuni, adalah merengkuh dan menyayangi semua, bahkan mereka yang tak berbagi pendapat atau keyakinan yang sama. Pada kenyataannya, hidup ini sudah cukup sulit tanpa perlu menerima caci-maki dan perlakuan kasar dari teman, saudara, tetangga. Hidup sudah cukup sulit, teman.

Teman. Apakah kalian masih bisa saya anggap teman ketika begitu mudahnya kalian bersikap demikian suci dan lebih baik dari kami-kami yang berbeda? Demikian tanpa ampun, tanpa belas kasih? Demikian mudahnya mencap saudara sebangsa sebagai mahluk-mahluk yang tak sama derajatnya karena punya kepercayaan yang berbeda atau karena lahir dengan warna kulit berbeda? Jika keadaan berbalik, apa yang akan kalian lakukan dan rasakan? Saya tak bisa berdebat agama atau ayat suci dari agama apapun dan ayat suci dari kitab suci manapun. Saya tak mampu dan, sejujurnya, sama sekali tak ingin dan tak tertarik. Saya lebih percaya hati nurani dan akal sehat. Saya percaya kasih dan pengampunan. Saya percaya dalam terang ada keringanan hati dan dalam keringanan hati ada kasih. Kasih adalah nakhoda yang saya pilih.

Kemarin hati saya perih. Hari ini saya berduka atas gelapnya hati di dada sebagian teman-teman dan saudara sebangsa. Jika agama bisa membuat manusia jadi penuh kebencian dan dendam, maka saya tidak ingin tersangkut paut. Jika sebagian teman-teman dan saudara sebangsa bisa pongah karena penista agamanya masuk penjara, maka mungkin kita perlu rehat sejenak dan mengambil jarak. Karena bagi saya ketidakmampuan kalian untuk memaafkan sungguh mengerikan.





Comments

Popular Posts