Kelamnya Hari Ini
Harus saya akui, sejak memiliki Lila, saya tidak lagi sensitif terhadap masalah-masalah di luar sana. Dahulu banyak hal membuat saya frustrasi, marah, tergerak, dan bersuara. Kini saya memilih tidak membaca berita dan tidak mencoba untuk memahami suatu peristiwa dengan lebih mendalam. Karena minimnya pengetahuan maka saya lebih sering memilih untuk tidak berpendapat.
Belakangan berita buruk tak bisa saya hindari. Saat ini Amerika Serikat penuh dengan berita-berita yang bikin sedih. Penembakan massal di sebuah klub malam di Orlando, Florida, kekerasan oleh polisi terhadap laki-laki kulit hitam, dan kekerasan terhadap polisi jadi judul-judul berita di pelbagai media massa.
Minggu lalu dalam kurun waktu 48 jam, dua laki-laki kulit hitam di dua negara bagian berbeda mati ditembak oleh polisi yang menangkap mereka. Dua laki-laki ini tidak melakukan tindak kriminal berat. Mereka ditangkap untuk alasan-alasan yang sederhana; Alton Sterling sedang berjualan CD di depan sebuah toko dan Philando Castile ditangkap karena mengendarai mobil dengan lampu belakang yang mati. Seluruh kejadian penangkapan hingga kematian mereka terekam oleh kamera. Gerakan Black Lives Matter yang berjuang untuk membangun kesadaran atas masih adanya kesenjangan dalam perlakuan terhadap orang-orang kulit hitam di Amerika Serikat kembali mendapat momentum. Seluruh Amerika Serikat, dari barat ke timur, tak lagi diam.
Bagi beberapa orang kebencian di hati terhadap polisi pun makin menjadi. Beberapa hari setelah meninggalnya Castile, gerakan Black Lives Matter melaksanakan protes damai di Dallas, Texas. Hitam, putih, tua, muda, laki-laki, perempuan, berkumpul untuk menyuarakan protes mereka. Dallas Police Department menurunkan anggota-anggotanya untuk memastikan kegiatan itu tetap berjalan damai dan lancar. Tiba-tiba terdengar suara tembakan dan seketika terjadi kekacauan. Dua belas tembakan terjadi dan lima peluru membunuh lima anggota polisi yang semuanya berkulit terang (tak semua kaukasia). Tujuh polisi lainnya terluka. Di beberapa negara bagian lain pun terjadi penyerangan terhadap anggota-anggota polisi yang sedang bertugas. Semua insiden ini terjadi sporadis.
Hampir tujuh tahun saya berada di negara ini. Tak pernah sebelumnya saya merasa sedih dan takut seperti ini. Hati saya sungguh hancur bagi komunitas kulit hitam dan bagi para polisi. Hati saya hancur setiap kali membaca perdebatan di dunia maya tentang permasalahan ras di Amerika Serikat. Hati saya hancur melihat kebencian dan kemarahan yang merajalela terhadap satu sama lain. Sungguh negara ini sedang mengalami cobaan berat.
Meski sudah hampir tujuh tahun tinggal di sini, namun dengan berat hati saya harus mengakui bahwa saya tidak paham betul tentang sejarah dan permasalahan ras di sini. Saya tidak punya banyak teman berkulit hitam. Saya tidak paham betul masalah-masalah yang mereka hadapi sebagai orang berkulit hitam. Meski katanya tidak ada rasisme di Amerika Serikat, tetapi pada kenyataannya komunitas kulit hitam masih berteriak-teriak bahwa masalah itu masih ada dan nyata. Tak pantas rasanya mengacuhkan suara-suara itu. Terutama setelah semua yang terjadi belakangan ini. Sungguh ironis bahwa sebuah negara dengan Presiden berkulit hitam masih memiliki masalah rasisme terhadap penduduknya yang berkulit hitam.
Tentu saya juga tak melupakan masalah yang dialami komunitas Muslim di Amerika Serikat juga perundang-undangan tentang kepemilikan senjata. Banyak masalah pelik yang sedang dialami Amerika Serikat dan pemilihan presiden yang akan datang pun tak terlalu memberi harapan akan hari-hari yang cerah di depan.
Semoga Amerika bisa bangkit dari keterpurukan ini. Negara ini penuh dengan orang-orang berani dan baik hati yang sepantasnya mendapat hidup yang tenang dan nyaman. Salah satunya adalah anak perempuan saya.
Comments
Post a Comment