Alaska yang Teristimewa



Alaska adalah tempat yang luar biasa. Ke mana pun memandang ada saja yang membuat tercengang. Pegunungan yang sambung menyambung memagari laut yang tenang dan biru. Di puncak-puncak gunung salju yang putih bersih kontras dengan hijaunya hutan dataran rendah. Bunga-bunga liar yang kuning genit tumbuh tak tahu aturan, menandakan musim panas telah datang dan membuat alam serta isinya tak lagi bermalas-malasan. 

Sepuluh hari di Alaska berlalu dengan cepat. Hari-hari kami dipenuhi kegiatan yang tak membuat bosan. Mulai dari menyetir melintasi pemandangan yang membuat kagum, trekking di alam yang asri, melihat binatang-binatang di habitat aslinya, atau sekedar menghabiskan waktu di dalam RV, bercanda dan merencanakan kegiatan untuk esok hari. Paling tidak bagi kami yang memang lebih senang melihat dan berada di alam daripada berkutat di kota yang ramai, sepuluh hari di Alaska sama sekali tidak membosankan.




Setiap pagi kami bangun di tempat yang berbeda dan tak perlu repot-repot meninggalkan kendaraan/kamar untuk menikmati sarapan. Di hampir semua RV park atau campground yang kami inapi pemandangan cantik selalu melingkupi. Kadang kami bangun di tengah rengkuhan pohon-pohon cemara dan salju, lain hari kami bangun disambut laut yang biru dan anjing laut yang mencari ikan. Semuanya istimewa!

Beberapa hal yang menjadi highlight dalam perjalanan kemarin bagi saya adalah melihat langsung paus pembunuh (Orcinus orca) di laut bebas, berkunjung ke peternakan rusa, melihat Lila kesenangan berjalan sendiri di hiking trail sambil bermain batu, daun, dan rumput, dan menghabiskan waktu di Anchorage Museum.





Saya sangat bersyukur karena Lila adalah anak yang mudah diajak kerjasama. Ia mudah beradaptasi dan tak takut menghadapi hal baru. Ia penuh rasa penasaran, namun selalu berhati-hati dan tak pernah kabur dari bapak ibunya. Sejauh ini ia mau mencoba berbagai macam makanan meski ada hari-hari di mana ia hanya mau makan biskuit keju, blueberry, dan susu.

Meski masuk kategori mudah diajak kerjasama, kadang, namanya anak-anak, ada juga hal-hal yang membuat dia tak mau kompromi. Kalau sudah begini maka orangtuanya yang kompromi. Seperti misalnya ketika kami naik kapal untuk berlayar selama 6 jam menyusuri pesisir Kenai Fjords National Park untuk melihat beragam binatang yang hidup di sana. Tempat paling asyik untuk melihat binatang-binatang itu adalah di moncong kapal. Nah Lila tak bisa berlama-lama di sana karena: terlalu dingin dan ia selalu berteriak-teriak ketika bosan. Maka saya memilih di dalam badan kapal bersama Lila, menyaksikan kehebohan di luar dari dalam saja. Ya, kadang bergantian dengan Aris. Untung saja kami sempat bergantian menjaga Lila ketika segerombolan orca berada tepat di samping kapal. Saya jadi bisa menyaksikan dari dekat!




Lila juga sempat histeris ketika kami ke peternakan rusa. Rusa-rusa di sini jinak dan sudah hafal kalau manusia pasti memberi makan. Maka saya (yang sedang menggendong Lila) pun diikuti rusa-rusa ke mana pun saya melangkah. Lila panik dan tak bisa berhenti menangis. Akhirnya saya tidak ikutan memberi makan dan berfoto akrab bersama rusa-rusa jinak. Selain dari itu ia senang-senang saja melihat binatang-binatang yang lain. Ia sangat girang ketika bertemu seekor anak babi bernama Madonna. Si babi kecil juga penghuni peternakan rusa.

Selebihnya Lila tampak menikmati perjalanan kami. Sesekali saja ia menangis di perjalanan karena bosan duduk di carseat sementara saya dan Aris sibuk bercanda di kursi depan. Biasanya kami akan mencari tempat untuk menepi dan berjalan-jalan di sekitar RV.




Kebanyakan turis-turis Alaska adalah orang-orang yang sudah lanjut usia. Biasanya mereka adalah pensiunan yang datang menyetir RV atau naik kapal pesiar dari Seattle. Ada juga orang-orang muda dan keluarga, namun jumlahnya kalah banyak.

Ketika kami sedang mengeksplorasi Anchorage, ibukota Alaska, kami berjumpa dengan sekelompok orang-orang tua. Salah satunya, seorang nenek, melihat Lila dan bertanya kepada kami, "Do you think she'll remember this trip?" Saya dan Aris kompak menjawab, "No, but we will." Kami lalu tertawa. Lalu nenek lain menyambangi, "That's a great way of thinking. You don't need to wait." "Yes," kata saya, "When she's older she can go again by herself or with her friends. But right now we want to go and that's why we're going." Saya dan Aris melakukan perjalanan-perjalanan ini karena kami ingin melakukannya dan karena kami masih sanggup melakukannya. Lila tidak akan ingat. Tapi kami berdua memiliki memori-memori yang akan kami ceritakan nanti kepadanya.



Bepergian dengan anak seumur Lila tidak lah mudah. Saya dan Aris yang terbiasa membawa sesedikit mungkin barang ketika bepergian kini harus beradaptasi dengan tentengan yang lebih banyak. Naik pesawat terbang juga jadi tantangan yang tidak mudah. Lila sudah mulai terbiasa naik pesawat tapi tetap saja duduk kelamaan akan membuatnya bosan.

Keselamatan Lila jadi pertimbangan utama kami dalam melakukan setiap kegiatan. Kami juga harus fleksibel dalam merubah rencana dan berimprovisasi. Lila menjadi faktor yang membuat perjalanan-perjalanan kami sekarang lebih menarik dan berwarna. Setiap perjalanan jadi sarana untuk belajar dan setiap kali kami pun jadi lebih tahu apa yang harus dilakukan.

Tetapi, lebih dari apapun, kami ingin Lila terpapar oleh sebanyak mungkin pengalaman yang ia bisa. Kami ingin ia berinteraksi dengan berbagai macam orang, kami ingin dia melihat bahwa ada berbagai macam orang di dunia ini, beragam warna, bentuk tubuh, pakaian, usia. Kami ingin Lila jatuh cinta pada alam dan isinya. Kami ingin ia jatuh cinta pada dunia.






Sepuluh hari di bulan Mei 2016. Sepuluh hari dibuat kagum oleh Alaska. Sepuluh hari dibuat bahagia oleh Lila dan tawanya. Oleh Lila dan caranya melihat dunia. Kami manusia-manusia yang sungguh beruntung karena bisa bersamanya. Terima kasih, Semesta.



Comments

Post a Comment

Popular Posts