Selamat Jalan, Om Babab...
Hari ini pamanku meninggal dunia. Semua mengenalnya dengan nama 'Babab' meski nama aslinya adalah Harianto. Harianto Harjono, lengkapnya. Om Babab meninggal dunia di RS Mayapada Lebak Bulus dikelilingi keluarga yang menyayanginya.
Sebelum kepergiannya Om Babab menghabiskan hampir dua minggu di ranjang rumah sakit. Selama itu pula kepalaku penuh dengan memori yang kubagi dengannya. Betapa anehnya bahwa yang paling jelas di ingatanku adalah caranya berbicara dan tertawa. Aku masih bisa mendengar suaranya dengan jelas, segala intonasi dan pilihan kata yang khas miliknya seorang. Selama 33 tahun ia berada di hidupku, ternyata pada akhirnya tawa dan cerianya yang membekas di ingatan.
Om Babab adalah anak tertua dari pasangan MT Harjono dan Zus Mariatne. Ia adalah kakak dari empat adik; dua perempuan dan dua laki-laki. Ia ayah yang dicintai tiga anak dan Opa yang disayangi dua cucu. Ia suami dari seorang perempuan yang setia hingga nafas terakhir. Ia mantan suami dari seorang perempuan yang bersama-sama dengannya membesarkan anak-anak yang sama hangat dan penyayangnya seperti kedua orangtua mereka.
Aku tidak mengenal Om Babab dengan sangat baik. Aku tidak tahu hobinya, aku tidak tahu musik yang ia suka, aku tidak tahu makanan favoritnya. Tapi aku tahu dengan seluruh jiwa dan ragaku bahwa ia adalah manusia yang penyayang, perhatian, dan lembut hati. Aku menapak tilas segala ingatanku tentang Om Babab dan di setiap memori, ia ada dengan kepribadiannya yang hangat, menyapa setiap orang, peduli setiap cerita, menatap dengan penuh cinta. Manusia yang seperti itu sungguh tiada dua.
Anak-anak Om Babab adalah teman mainku ketika kecil. Mbak Utty dan Mbak Anti adalah, anak pertama dan kedua. Mereka sudah seperti dua kakak perempuan yang tidak pernah aku miliki. Aku mengikuti setiap gerak-gerik mereka, cara berpakaian mereka, cara mereka berbicara, gaya rambut, apapun yang mereka anggap keren, aku mengamini. Ridzky, anak Om Babab yang terkecil seusia denganku. Ia kadang ikut bermain bersama kami, tetapi, aku ingat, lebih sering bikin kakak-kakak perempuannya sebal. Hahaha.
Aku ingat menginap di rumah mereka, nonton 'Hunter' sebelum tidur, makan-makanan enak yang khas rumah mereka, dan bersenang-senang bersama. Aku ingat pergi ke rumah peristirahatan milik keluarga besar mereka di Sukabumi, memetik strawberry, bermain lari-larian di lapangan hijau, dan memancing ikan di kolam air tawar. Aku ingat menginap di rumah peristirahatan keluarga besar bapakku di Cibulan bersama semua anggota keluarga bapakku. Keluarga Om Babab selalu dapat kamar paling dekat dapur dan pintu masuk. Kamar istimewa karena (di kepalaku) adalah yang paling tidak menyeramkan dibanding kamar-kamar lainnya yang letaknya di belakang. Haha.
Om Babab ada di setiap memori indah itu. Ia ada dengan tawanya, dengan sapanya, dengan peluknya. Aku ingat caranya memperlakukan anak-anaknya. Aku ingat cara anak-anaknya memperlakukan dirinya. Mereka memuja satu sama lain. Aku ingat cara Om Babab berinteraksi dengan adik-adiknya. Aku ingat semua cerita lucu dan kejahilan Om Babab terhadap adik-adiknya. Kakak beradik itu kompak dan saling setia. Aku ingat cara Om Babab memperlakukan dan memandang istrinya, Tante Vera, dan cara mereka saling bercanda dan menjaga. Aku ingat Om Babab dicintai semua yang ia cintai.
Aku ingat Om Babab ada di masa kecilku. Masa kecilku yang indah dan menyenangkan, tidak kurang suatu apa. Ketika mendapat kabar kepergian Om Babab aku hanya bisa bengong sebelum akhirnya menitikkan air mata. Baru terpikir padaku bahwa Om Babab adalah salah satu alasan masa kecilku begitu luar biasa. Ia tidak perlu berbuat banyak. Ia tidak pernah membelikanku apa-apa. Satu-satunya yang ia lakukan adalah menjadi orang dewasa yang baik hati dan penyayang. Aku baru menyadari bahwa hingga kini, ketika usiaku sudah 33 tahun, ketika di hadapan Om Babab aku kembali jadi anak 7 tahun yang menganggap pamannya adalah salah satu manusia dewasa paling menyenangkan.
Terimakasih, Om Babab, karena sudah jadi bagian hidupku dan membuatku bisa mengingat masa kecilku dengan senyuman. Terimakasih sudah membuatku menyadari pentingnya menjadi manusia yang baik hati dan hangat, terutama kepada anak-anak.
Selamat jalan, Om Babab. Hanya kenangan indah yang ada tentangmu. Dan kenangan indah membuat rasa kehilangan sedikit terobati. Kami akan sangat merindukan kehadiranmu, namun aku tahu bahwa kini sudah tiada lagi sakit yang kau rasa. Semoga Tuhan memberimu tempat terbaik di sisi-Nya.
Sebelum kepergiannya Om Babab menghabiskan hampir dua minggu di ranjang rumah sakit. Selama itu pula kepalaku penuh dengan memori yang kubagi dengannya. Betapa anehnya bahwa yang paling jelas di ingatanku adalah caranya berbicara dan tertawa. Aku masih bisa mendengar suaranya dengan jelas, segala intonasi dan pilihan kata yang khas miliknya seorang. Selama 33 tahun ia berada di hidupku, ternyata pada akhirnya tawa dan cerianya yang membekas di ingatan.
Om Babab adalah anak tertua dari pasangan MT Harjono dan Zus Mariatne. Ia adalah kakak dari empat adik; dua perempuan dan dua laki-laki. Ia ayah yang dicintai tiga anak dan Opa yang disayangi dua cucu. Ia suami dari seorang perempuan yang setia hingga nafas terakhir. Ia mantan suami dari seorang perempuan yang bersama-sama dengannya membesarkan anak-anak yang sama hangat dan penyayangnya seperti kedua orangtua mereka.
Aku tidak mengenal Om Babab dengan sangat baik. Aku tidak tahu hobinya, aku tidak tahu musik yang ia suka, aku tidak tahu makanan favoritnya. Tapi aku tahu dengan seluruh jiwa dan ragaku bahwa ia adalah manusia yang penyayang, perhatian, dan lembut hati. Aku menapak tilas segala ingatanku tentang Om Babab dan di setiap memori, ia ada dengan kepribadiannya yang hangat, menyapa setiap orang, peduli setiap cerita, menatap dengan penuh cinta. Manusia yang seperti itu sungguh tiada dua.
Anak-anak Om Babab adalah teman mainku ketika kecil. Mbak Utty dan Mbak Anti adalah, anak pertama dan kedua. Mereka sudah seperti dua kakak perempuan yang tidak pernah aku miliki. Aku mengikuti setiap gerak-gerik mereka, cara berpakaian mereka, cara mereka berbicara, gaya rambut, apapun yang mereka anggap keren, aku mengamini. Ridzky, anak Om Babab yang terkecil seusia denganku. Ia kadang ikut bermain bersama kami, tetapi, aku ingat, lebih sering bikin kakak-kakak perempuannya sebal. Hahaha.
Aku ingat menginap di rumah mereka, nonton 'Hunter' sebelum tidur, makan-makanan enak yang khas rumah mereka, dan bersenang-senang bersama. Aku ingat pergi ke rumah peristirahatan milik keluarga besar mereka di Sukabumi, memetik strawberry, bermain lari-larian di lapangan hijau, dan memancing ikan di kolam air tawar. Aku ingat menginap di rumah peristirahatan keluarga besar bapakku di Cibulan bersama semua anggota keluarga bapakku. Keluarga Om Babab selalu dapat kamar paling dekat dapur dan pintu masuk. Kamar istimewa karena (di kepalaku) adalah yang paling tidak menyeramkan dibanding kamar-kamar lainnya yang letaknya di belakang. Haha.
Om Babab ada di setiap memori indah itu. Ia ada dengan tawanya, dengan sapanya, dengan peluknya. Aku ingat caranya memperlakukan anak-anaknya. Aku ingat cara anak-anaknya memperlakukan dirinya. Mereka memuja satu sama lain. Aku ingat cara Om Babab berinteraksi dengan adik-adiknya. Aku ingat semua cerita lucu dan kejahilan Om Babab terhadap adik-adiknya. Kakak beradik itu kompak dan saling setia. Aku ingat cara Om Babab memperlakukan dan memandang istrinya, Tante Vera, dan cara mereka saling bercanda dan menjaga. Aku ingat Om Babab dicintai semua yang ia cintai.
Aku ingat Om Babab ada di masa kecilku. Masa kecilku yang indah dan menyenangkan, tidak kurang suatu apa. Ketika mendapat kabar kepergian Om Babab aku hanya bisa bengong sebelum akhirnya menitikkan air mata. Baru terpikir padaku bahwa Om Babab adalah salah satu alasan masa kecilku begitu luar biasa. Ia tidak perlu berbuat banyak. Ia tidak pernah membelikanku apa-apa. Satu-satunya yang ia lakukan adalah menjadi orang dewasa yang baik hati dan penyayang. Aku baru menyadari bahwa hingga kini, ketika usiaku sudah 33 tahun, ketika di hadapan Om Babab aku kembali jadi anak 7 tahun yang menganggap pamannya adalah salah satu manusia dewasa paling menyenangkan.
Terimakasih, Om Babab, karena sudah jadi bagian hidupku dan membuatku bisa mengingat masa kecilku dengan senyuman. Terimakasih sudah membuatku menyadari pentingnya menjadi manusia yang baik hati dan hangat, terutama kepada anak-anak.
Selamat jalan, Om Babab. Hanya kenangan indah yang ada tentangmu. Dan kenangan indah membuat rasa kehilangan sedikit terobati. Kami akan sangat merindukan kehadiranmu, namun aku tahu bahwa kini sudah tiada lagi sakit yang kau rasa. Semoga Tuhan memberimu tempat terbaik di sisi-Nya.
Comments
Post a Comment