Bangganya Naik Kereta Api milik PT KAI!
Stasiun Purwokerto baru saja kereta ini lewati. Pukul 20.20 kereta Argo Lawu meninggalkan Stasiun Gambir. Tepat waktu. Terakhir kali aku naik kereta adalah 9 tahun yang lalu. Banyak hal sudah berubah dan aku senang bisa merasakannya.
Kereta Argo Lawu jurusan Solo ini terasa tua di tahun 2014 dengan kursi yang warnanya sudah mendem dan list jendela yang terkelupas. Sarung kursi dan sandar kepala butuh peremajaan, tetapi secara keseluruhan kereta ini bersih dan terasa layak jalan. Kata ibu kadang ia dapat kereta yang baru dan mentereng. Jadi untung-untungan saja.
Sedari tadi petugas keamanan berpatroli memastikan tidak ada tangan-tangan jahil ketika para penumpang sedang tidur. Setiap petugas, mulai dari yang Pak Kondektur yang mengecek karcis, mereka yang menawarkan makan malam, sampai yang menyapu lantai gerbong kereta bersikap teramat sopan, penuh senyum dan terlihat tulus ingin melayani. Ibuku, sangat terganggu oleh kotornya kain yang melapisi sandaran kepala, mengirim SMS berisi keluhan kepada penanggungjawab Customer Service yang foto dan nomor teleponnya terpampang di dinding gerbong. Si mas tidak lama membalas SMS ibuku, meminta maaf dan menawarkan ibu untuk pindah tempat duduk. Ibu menolak. Aku terkesima. Bukan karena penolakan ibuku, tetapi karena adanya si mas itu dan bahwa dia bisa di SMS dan kemudian dia membalas SMS itu dan bahkan meminta maaf. Tidak mungkin hal macam ini bisa terjadi di masa lalu.
Tadi ketika tiba di Gambir aku menyadari bahwa sudah terlalu lama aku tidak melihat stasiun itu dan berada di dalamnya. Sudah 9 tahun lamanya sejak terakhir kali aku menumpang kereta api.
Secara fisik Gambir belum banyak berubah, selain bertambahnya tempat-tempat makan dan nongkrong. Starbucks, Dunkin Donuts, KFC, CFC, dan Hoka-Hoka Bento ada di sana. Sesungguhnya aku lupa apakah beberapa dari nama-nama itu sudah sejak dahulu ada, tetapi aku ingat betul bahwa dahulu Gambir penuh asap rokok dan calo. Hari ini tidak demikian. Para perokok disingkirkan jauh-jauh ke area yang ditentukan dan tidak ada calo yang berusaha menjual karcis seperti kaset rusak, karena jual-beli tiket KA dilakukan dengan sistem yang baru. Pembelian bisa dilakukan online (!) atau di Alfamart dan satu jam sebelum jadwal keberangkatan tiket fisik bisa di print di tempat yang disediakan di stasiun. Sungguh praktis, meski banyak orang masih bingung tentang cara melakukannya. Tidak mengapa, perubahan macam ini tidak akan memakan waktu lama untuk dibiasakan.
Setiap keterlambatan, kedatangan dan keberangkatan kereta diumumkan dengan jelas, menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dengan pelafalan nyaris sempurna. Memasuki peron pun hanya eksklusif bagi mereka yang punya tiket. Tidak ada lagi pengantar yang memenuhi peron dan membuat bingung (dan ingin marah!). Sebelum memasuki area keberangkatan tiket diperiksa oleh petugas dengan mencocokkan kartu identitas dan nama di tiket. Teratur dan jelas.
Kamar mandi di Stasiun Gambir pun bersih, meski jauh dari kualitas kamar mandi di mall atau hotel. Masih WC jongkok bagi para perempuan. Di dalam setiap kamar mandi ada tulisan pengingat penggunaan WC yang baik dan benar. “Jangan lupa siram dengan air yang sudah disediakan” adalah salah satu tanda yang tertulis. ‘Siram’ di konteks ini adalah menggunakan ember, gayung dan air. Memang agak menyedihkan luar biasa karena tanda pengingat seperti ini dirasa perlu, tetapi saya rasa memang masih perlu. Faktanya memang masih banyak orang Indonesia yang tidak paham cara menggunakan WC umum yang baik dan benar (mempertimbangkan kenyamanan pengguna selanjutnya), tetapi tanda seperti ini adalah awal yang baik untuk mengingatkan dan membuat orang mengerti.
Kagum dan haru rasanya ketika berada di Gambir tadi. Mungkin agak berlebihan, tetapi sungguh ada rasa bangga di hati melihat perubahan di dalam pemberian servis dari PT KAI kepada para penumpangnya.
Saya datang ke Gambir tadi tanpa ekspektasi, pun tiada keinginan untuk membandingkan-bandingkan perusahaan KA kita dengan yang ada di luar negeri. Saya hanya berpikiran untuk naik kereta dan sampai di Solo. Saking dahulu saya selalu kesal kalau di Gambir dan berinteraksi dengan para petugas atau sesama penumpang (atau pengantar), saya tidak lagi mengharapkan sesuatu yang berbeda. Saya tidak tahu bagaimana keadaannya ketika musim liburan, tetapi semoga tetap sama tertib dan ramahnya.
Sekarang sudah jam 2.15 pagi dan saya tidak bisa tidur. Ada rasa mendesak untuk menuliskan pengalaman ini. Takut lupa, takut lepas perasaan haru itu. Kata ibu dan adik saya sekarang PT KAI punya pemimpin baru. Katanya ia punya gaya berbeda dengan pemimpin yang terdahulu. Bagi saya perubahan yang beliau lakukan sungguh terlihat dan terasa. Semoga semakin baik di masa depan. Ah, saya senang sekali bisa menggunakan kereta api untuk pergi mengunjungi Solo!
Comments
Post a Comment