Selamat Tidur, PADI

 "Dit, beliin gue CD PADI yang baru dong. Titipin ke mertua gue pas mereka ke sini ya. Thanks."

"Udah bubar kaleee. Jadi Musikimia sekarang."

"Enggak lucu. Jangan bohongin gue deh. Gue bisa nangis nih."

"Lah, beneran kok. Google aja sana."

"......"

Saya tidak menangis sampai sesenggukan sih, tetapi ada satu (mungkin dua) tetes air mata yang jatuh. Setelah lama sekali tidak mengecek kabar-kabar dari Indonesia, saya akhirnya melakukan perintah adik saya. Hasilnya: sungguh memang PADI vakum dan Musikimia berisi semua personil PADI kecuali Piyu. Hati saya retak seribu.

Saya itu penggemar berat PADI sejak dari bangku SMA hingga detik ini. Bahkan beberapa tulisan di blog ini adalah khusus tentang cinta saya itu. Saya pernah ngotot gotong-gotong televisi dari rumah teman saya ke rumah teman saya yang lain hanya untuk nonton PADI live di televisi sementara teman-teman sedang belajar untuk ujian. Rumah kedua teman itu berdekatan, tetapi beda kompleks. Saya nyusul belajar segera setelah acara itu selesai, tetapi sampai sekarang kejadian itu masih jadi bahan olok-olok di kalangan teman-teman kuliah.

Saya juga pernah datang ke kawinan seorang saudara jauh dan ternyata Fadly PADI juga ada di sana sebagai tamu undangan. Ia datang bersama anak dan istrinya. Saya hampir pingsan, tetapi berusaha keras untuk tidak. Dari jauh saya mengikuti gerakan Fadly. Kalau dipiki-pikir, sungguh mengerikan memalukan ya kelakuan saya waktu itu? Akhirnya tante saya yang sudah tidak kuat lihat saya curi-curi pandang dari balik bunga dekorasi menghampiri Fadly dan bertanya bilamana ia bersedia foto berdua keponakannya. Saya malu setengah mati tetapi tetap foto bersama. Berhari-hari setelah kejadian itu saya masih tersipu-sipu sendiri. Bertahun-tahun setelahnya foto itu masih selalu saya pajang di meja kerja. Dan tentu saja, itu jadi bahan olok-olok kedua di kalangan teman-teman saya.

Saya cinta PADI karena mereka apa adanya dan tidak melulu bicara cinta. Bahkan ketika lagu-lagu yang mereka buat terdengar seperti lagu cinta, pesan yang dikandung selalu lebih besar, selalu lebih dalam. Lagu-lagu PADI membuat saya merasa, membuat saya ingin berkarya, membuat saya percaya.

Di salah satu wawancara, Piyu mengatakan bahwa saat ini bukan masanya PADI. Meski kesal saya sedikit setuju. Bagi saya PADI bukan band biasa. Mereka tidak boleh jadi biasa. Mereka tidak mampu jadi biasa. Jadi meski saya sedih sekali mereka vakum, saya tetap bersyukur mereka belum memutuskan bubar. Kalaupun pada akhirnya bubar saya akan tetap bersyukur mereka pernah ada. Mereka pernah ada ketika saya sangat membutuhkan mereka dan saya akan selalu punya memori-memori bersama lagu-lagu mereka.

Musikimia bukan PADI tapi saya senang personil-personil PADI punya tempat untuk berkarya dan bersuara. Nah, sekarang saya mau coba dengar Musikimia dulu di youtube.

Selamat tidur, PADI. Semoga kita berjumpa lagi.

Comments

Popular Posts