Serius, Demi Apa?

Ketika sedang berbincang dengan seorang teman via whatsapp beberapa waktu lalu, ia tiba-tiba menuliskan, "Ciyus miapah?" Saya tidak menanggapi karena mengantisipasi adanya penjelasan mengenai makna dari dua kata aneh itu. Dan benar saja, tidak berapa lama kemudian teman itu mengirimkan 'Kamus Ciyus Miapah'. Saya langsung ingin terjun ke perut bumi.

Sepanjang hidup saya di dunia, sudah ada beberapa "kamus" yang keluar, mengklaim sebagai kumpulan kata-kata dari bahasa gaul, buah dari kultur pop Indonesia. Debby Sahertian di akhir '90-an bertanggungjawab terhadap penggunaan kata-kata yang sama sekali tidak relevan dengan makna yang terkandung. 'Ember' = memang begitu, 'mawar' = mau, 'sutra' = sudah, dan 'Lambreta Macan Tutul' = lama sekali adalah beberapa kata yang dilahirkan oleh kreatifitas Debby Sahertian berdasarkan pergaulannya dengan para transgender. Era '80-an juga melahirkan banyak kata-kata yang tidak berada di Kamus Besar Bahasa Indonesia: 'rokum' = rumah, 'dokat' = uang, 'bo'il' = mobil adalah beberapa contohnya. Tentu kata-kata baru (yang ternyata sekarang sudah sedikit ketinggalan jaman) seperti 'alay', 'lebay', 'jutek', 'bete', dan 'brondong' tidak boleh dilupakan.

Sekarang muncul 'Kamus Ciyus Miapah'. Dan saya tidak mengerti kenapa.

Kenapa kita merasa perlu memutasi (bahkan memutilasi!) kata-kata baku dalam bahasa Indonesia kita yang jelita? Saya pun tidak steril. Pun tidak blog ini. Judulnya dalam bahasa Inggris, tetapi isi yang saya tulis dalam bahasa Indonesia. Ada apa dengan itu? Sejujurnya, saya sendiri kadang tidak yakin bilamana saya memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Saya mungkin bias, karena saya sungguh suka bahasa Indonesia hingga membuat hal ini seakan masalah besar. Apa boleh buat, bagi saya ini serius, terutama karena saya terlibat di dalam kekacauan ini. Kadang saya merasa ada beberapa kata yang lebih "enak didengar" ketika diucap dalam bahasa Inggris. Padahal mungkin perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia saya yang terbatas. Ini bukan masalah bahasanya, ini masalah pemakainya. Saya salah satunya.

Saya percaya, perubahan baiknya dimulai dari diri sendiri. Maka biar saya mulai dari diri sendiri. Judul blog ini akan diubah dan saya akan berusaha keras untuk senantiasa memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar, terutama di dalam blog ini, kecuali bagi artikel-artikel yang memang sepenuhnya saya peruntukkan dalam bahasa Inggris. Tentunya juga, bahasa Inggris yang baik dan benar.



Salam,
Andini

Comments

Popular Posts