"I Thought You Were a Burglar"

Hari ketiga kembali di AS. Jadwal tidur masih sangat berantakan, ditemani selera makan yang luar biasa. Sarapan dengan porsi makan malam dan makan malam dengan porsi sarapan.

Saya merasa lega kembali kepada kehidupan yang teratur, kualitas udara yang baik dan tentu saja rumah milik kami sendiri. Tidur di kasur sendiri rasanya selalu lebih nyaman. Menyetir pun terasa lebih menyenangkan. Anehnya mimpi saya masih selalu tentang Indonesia. Untuk sementara -saya rasa- di sinilah rumah. Saya bersyukur masih diberi kesempatan dan rejeki untuk pulang kampung dan melepas rindu. Semoga tahun depan rejeki itu masih jadi milik kami.

Ada kejadian lucu sehari setelah kami tiba kembali di Houston. Saya dan Aris terjaga dari tidur pukul 03.00 pagi. Padahal kami baru terlelap pukul 12 malam setelah menempuh perjalanan selama 35 jam. Kami kelaparan. Maka berangkatlah kami mencari makan malam/sarapan. Pulang dari makan Aris langsung berangkat ke kantor. Ketika itu masih pukul 5 pagi. Saya yang juga tidak mengantuk sama sekali langsung saja ingin membereskan rumah yang baunya sudah sungguh tidak bisa ditolerir.

Kami punya 3 anjing di rumah. Selama sebulan mereka kami titipkan kepada sahabat-sahabat kami sesama orang Indonesia. Teman-teman kami itu datang bergantian ke rumah untuk memberi mereka makan dan membuka pintu supaya mereka dapat buang air di taman mungil kami yang terletak di belakang rumah.

Nah di pagi buta itu saya sudah gemas sekali ingin membersihkan taman dari kotoran-kotoran mungil
yang ditinggalkan ketiga anjing saya beberapa hari terakhir. Di sini kotoran anjing tidak boleh didiamkan. Harus dibersihkan, terutama di tempat umum.

Berbekal plastik dan senter saya lalu mulai "berburu". Beberapa menit kemudian saya melihat dari kisi- kisi pagar, ada sebuah mobil yang berhenti di belakang rumah saya. Mobil polisi. Saya kira dia akan sebentar saja berhenti untuk mengecek. Ternyata polisi itu malah turun dari mobilnya. Saya pun buru-buru keluar dengan membawa plastik hasil "buruan".

"Looking for something, Ma'am?" tanyanya dengan tangan di pinggang. Saya menggeleng dan mengatakan kalau saya hanya ingin membuang kotoran milik anjing-anjing saya. Pak polisi bergeming. Sepertinya ia tidak menerima jawaban saya. "I've been away for a month and my house is a mess. I just want to clean my yard from my dogs' poops," jawab saya sambil cengar-cengir. "And I'm still very much jetlagged so I'm doing weird things at this time of day," tambah saya lagi, berusaha memberikan jawaban yang bisa ia terima. Akhirnya ia tertawa dan terlihat lebih santai."I saw your flashlight and I thought you were a burglar," jawabnya jujur. Kami kemudian berbagi tawa dan mengucap salam selamat tinggal. Saya mengucap terimakasih karena polisi itu sudah melakukan tugasnya dengan baik.

Saya kemudian menyimpan senter itu dan mengambil sapu. Kegiatan membersihkan taman saya lanjutkan ketika matahari sudah tinggi. Bicara dengan polisi sambil membawa plastik yang penuh dengan kotoran anjing dan membuatnya percaya bahwa saya bukan maling bukanlah momen terbaik dalam hidup saya. Tetapi paling tidak polisi itu tidak mengambil bala bantuan untuk mendapati seorang perempuan Asia mungil yang sedang sibuk berburu kotoran anjing.Tentu itu lebih memalukan.

Comments

Popular Posts