Kesaktian Pancasila?
Empat puluh enam tahun yang lalu sebuah tragedi terjadi di bumi Indonesia. Dikenal sebagai G 30 S PKI. Gerakan 30 September oleh Partai Komunis Indonesia. Enam petinggi Angkatan Darat dibunuh di dalam peristiwa ini.
Selama puluhan tahun film Pengkhianatan G 30 S PKI selalu diputar setiap tanggal 30 September di TVRI. Dahulu berhubung tidak ada stasiun televisi lain ya mau tidak mau setiap tanggal tersebut hanya itu tontonan yang dimiliki pemirsa Indonesia. Lalu TVRI mulai kehilangan pamornya dan perlahan jadi bagian dari masa lalu. Pemirsa pun punya pilihan lain. Saya sih dari dulu selalu memilih melakukan hal lain daripada nonton film itu.
Ayah dari ayah saya, atau dalam kata lain, kakek saya adalah satu dari enam petinggi Angkatan Darat yang malam itu kehilangan nyawanya. Nama beliau adalah M.T Haryono atau Mas Tirtodarmo Harjono. Anak-anak dan istri beliau ditinggal dalam trauma dan kehilangan yang luar biasa besar setelah kejadian tragis itu. Suami dan ayah mereka direnggut nyawanya dengan cara yang terlalu brutal tepat di hadapan mereka. Rumah mereka diberondong senjata dan ayah saya serta kakak-adiknya harus bersembunyi menyelamatkan diri dari peluru nyasar. Saya percaya mereka tidak pernah lagi sama. Dan juga terlalu banyak orang lain di Nusantara.
Selama puluhan tahun film G 30 S PKI dan segala pelajaran sejarahmendoktrin memberitahu kita tentang apa yang benar dan apa yang salah. Dari saya kecil PKI selalu jahat. Selalu. Sampai hari ini masih banyak orang yang sangat ketakutan jika mendengar kata "komunis". Saya hanya bisa membayangkan kesulitan dan kesedihan yang dialami keluarga dari mereka yang dicap "komunis" di masa lalu. Bagi saya yang menjadi korban di dalam tragedi ini bukan hanya para Jenderal dan keluarga mereka, tetapi juga para anggota PKI (yang pada saat itu jumlahnya besar sekali) dan keluarga mereka.
Setelah pembunuhan para petinggi AD itu terungkap, yang terjadi selanjutnya adalah penumpasan komunisme di bumi Indonesia. Penumpasan dalam arti sesungguhnya, karena hampir semua orang yang dianggap komunis kemudian dibasmi, dieksekusi atau ditangkap dan dibekap dalam bui. Mereka yang ditumpas ini datang dari berbagai kalangan, termasuk seniman, guru, petani, buruh, dan pedagang. Tidak ada yang tahu pasti berapa nyawa yang hilang dalam penumpasan yang terjadi dalam jangka waktu 6 bulan itu. Sebuah sumber mengatakan jumlahnya mencapai 500.000 - 1 juta orang. Seorang bernama Soeharto kemudian menjadi sosok yang dianggap berhasil menumpas PKI, menyelamatkan Pancasila, menyelamatkan bangsa. Tidak bagi saya.
Bagi saya kebenaran masih tersimpan dalam di akar-akar. Begitupun kebencian.
Bagi saya pemutaran film G 30 S PKI selama berpuluh-puluh tahun membuat banyak orang percaya bahwa kebencian bukanlah hal yang aneh dan bahwa kebenaran adalah sesuatu yang bisa ditelan begitu saja tanpa dianalisa terlebih dahulu. "Kebenaran" disajikan lewat buku, film serta pelajaran sekolah dan kita tidak bertanya, tidak mendebat, tidak menolak. "Kebenaran" layaknya makanan cepat saji, mudah didapat, murah dan kita tidak tahu apa isinya juga mengapa makanan itu bisa begitu murah.
Maka di tanggal 1 Oktober ini saya ingin mengucapkan belasungkawa terdalam untuk semua yang menjadi korban di dalam tragedi 46 tahun lalu itu, kepada keluarga para Pahlawan Revolusi dan kepada keluarga para anggota PKI, juga kepada setiap hati nurani dan akal sehat yang mati karena "kebenaran" yang cepat saji.
Tidak ada yang keluar sebagai pemenang di dalam cerita. Tidak juga Pancasila dengan butir-butirnya yang luar biasa jika dan hanya jika diterapkan.
Pancasila
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Selama puluhan tahun film Pengkhianatan G 30 S PKI selalu diputar setiap tanggal 30 September di TVRI. Dahulu berhubung tidak ada stasiun televisi lain ya mau tidak mau setiap tanggal tersebut hanya itu tontonan yang dimiliki pemirsa Indonesia. Lalu TVRI mulai kehilangan pamornya dan perlahan jadi bagian dari masa lalu. Pemirsa pun punya pilihan lain. Saya sih dari dulu selalu memilih melakukan hal lain daripada nonton film itu.
Ayah dari ayah saya, atau dalam kata lain, kakek saya adalah satu dari enam petinggi Angkatan Darat yang malam itu kehilangan nyawanya. Nama beliau adalah M.T Haryono atau Mas Tirtodarmo Harjono. Anak-anak dan istri beliau ditinggal dalam trauma dan kehilangan yang luar biasa besar setelah kejadian tragis itu. Suami dan ayah mereka direnggut nyawanya dengan cara yang terlalu brutal tepat di hadapan mereka. Rumah mereka diberondong senjata dan ayah saya serta kakak-adiknya harus bersembunyi menyelamatkan diri dari peluru nyasar. Saya percaya mereka tidak pernah lagi sama. Dan juga terlalu banyak orang lain di Nusantara.
Selama puluhan tahun film G 30 S PKI dan segala pelajaran sejarah
Setelah pembunuhan para petinggi AD itu terungkap, yang terjadi selanjutnya adalah penumpasan komunisme di bumi Indonesia. Penumpasan dalam arti sesungguhnya, karena hampir semua orang yang dianggap komunis kemudian dibasmi, dieksekusi atau ditangkap dan dibekap dalam bui. Mereka yang ditumpas ini datang dari berbagai kalangan, termasuk seniman, guru, petani, buruh, dan pedagang. Tidak ada yang tahu pasti berapa nyawa yang hilang dalam penumpasan yang terjadi dalam jangka waktu 6 bulan itu. Sebuah sumber mengatakan jumlahnya mencapai 500.000 - 1 juta orang. Seorang bernama Soeharto kemudian menjadi sosok yang dianggap berhasil menumpas PKI, menyelamatkan Pancasila, menyelamatkan bangsa. Tidak bagi saya.
Bagi saya kebenaran masih tersimpan dalam di akar-akar. Begitupun kebencian.
Bagi saya pemutaran film G 30 S PKI selama berpuluh-puluh tahun membuat banyak orang percaya bahwa kebencian bukanlah hal yang aneh dan bahwa kebenaran adalah sesuatu yang bisa ditelan begitu saja tanpa dianalisa terlebih dahulu. "Kebenaran" disajikan lewat buku, film serta pelajaran sekolah dan kita tidak bertanya, tidak mendebat, tidak menolak. "Kebenaran" layaknya makanan cepat saji, mudah didapat, murah dan kita tidak tahu apa isinya juga mengapa makanan itu bisa begitu murah.
Maka di tanggal 1 Oktober ini saya ingin mengucapkan belasungkawa terdalam untuk semua yang menjadi korban di dalam tragedi 46 tahun lalu itu, kepada keluarga para Pahlawan Revolusi dan kepada keluarga para anggota PKI, juga kepada setiap hati nurani dan akal sehat yang mati karena "kebenaran" yang cepat saji.
Tidak ada yang keluar sebagai pemenang di dalam cerita. Tidak juga Pancasila dengan butir-butirnya yang luar biasa jika dan hanya jika diterapkan.
Pancasila
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Comments
Post a Comment