Belize: Negeri Para Petualang - Hari 2 (30 Juni 2011)

Hujan turun dengan deras pada malam pertama kami di Belize. Ramai sungguh simfoni alam malam itu, ketika setiap butir hujan jatuh dengan keras di atas atap kamar kami yang terbuat dari seng. Lagu pengantar tidur yang sempurna.

Keesokan paginya kami dibangunkan suara alam yang lain; serangga dan burung-burung. Seluruh San Ignacio mendadak lebih hijau dari hari sebelumnya. Hujan membawa energi yang tak terbantahkan.

Untuk hari kedua di Belize, kami sudah merencanakan dua kegiatan. Pertama adalah mengunjungi Gua Barton Creek dan yang kedua adalah mengunjungi Iguana Conservation Project.

Mobil tur datang menjemput kami pukul 8.30 pagi. Kami menjemput John dari Los Angeles yang hari itu juga ingin mengunjungi Barton Creek. Peserta hari itu hanya kami bertiga, ditambah dua orang pemandu. Kelompok kecil yang menyenangkan dan penuh tawa.

Perjalanan ke Barton Creek cukup jauh, terutama karena jalan menuju ke sana hampir seluruhnya tidak beraspal. Seluruhnya batu-batuan dengan tanjakan dan turunan. Hutan dan ladang pertanian menjadi pemandangan di kiri kanan.

Perkampungan dan ladang pertanian orang-orang Mennonite
Di tengah perjalanan menuju Barton Creek, di tengah jalanan berbatu dan penuh goncangan, kami melihat sebuah pemandangan yang aneh. Sebuah kereta kuda dengan roda dari kayu berisi dua orang laki-laki kulit putih berjenggot panjang dan berambut pirang berpapasan dengan mobil kami. John segera mengambil kameranya setelah Juan Carlos, pemandu kami, menjelaskan bahwa kedua laki-laki itu adalah bagian dari komunitas Amish atau yang dikenal di Belize sebagai orang-orang Mennonites Tradisional. Tidak bisa tidak, bertemu orang-orang Amish adalah hal yang paling tidak terduga.

Orang-orang Amish tidak mengadopsi gaya hidup moderen. Mereka memiliki sistem sosialnya sendiri dan sangat tertutup terhadap pengaruh dari luar. Orang-orang Amish yang tinggal di Belize adalah keturunan Jerman. Mereka pindah dari Meksiko karena dipaksa ikut wajib militer. Pemerintah Belize membuka pintu lebar-lebar bagi mereka asalkan mereka ikut membantu agrikultur di Belize. Mereka setuju dengan beberapa syarat, antara lain tidak ikut wajib militer dan memiliki sekolah mereka sendiri.

Pria Mennonite - Mereka tidak suka diambil gambarnya

Kami sempat melewati perkampungan orang-orang Amish sebelum akhirnya tiba di Gua Barton Creek. Dua buah kano, 5 buah helm dengan lampu, serta dua buah lampu bertenaga accu telah siap menunggu kami untuk menjelajah gua.



Kurang lebih 1,5 km kami masuk ke dalam gua yang gelap gulita itu. Dahulu gua ini dipakai oleh Suku Maya untuk melakukan ritual-ritual keagamaan. Stalagtit dan stalagmit memenuhi gua, membuat Aris, suami saya kegirangan luar biasa. Ia memang sangat menyukai segala sesuatu yang menyangkut mineral dan bumi. Kadang kala kami harus menunduk atau bahkan terlentang ke belakang untuk dapat melewati rangkaian stalagtit dan batu-batu raksasa itu. Hujan di malam sebelumnya membuat air sungai bertambah tinggi. Seru sekali mencoba melewati rintangan-rintangan itu.



Dari Barton Creek saya dan Aris langsung menuju San Ignacio hotel. Di sana kami melakukan tur Iguana Conservation Project.


Ada 2 macam iguana. Pertama adalah Iguana iguana (iguana hijau) dan Ctenaura similis atau iguana hitam dengan buntut berduri. Iguana hijau adalah binatang yang terancam kelangsungan hidupnya di Belize karena perburuan oleh manusia. Telur iguana dan iguana betina menjadi hidangan yang difavoritkan masyarakat setempat sehingga semakin lama jumlah reptil ini semakin sedikit.


Menyenangkan sekali untuk "bertamu" ke rumah para iguana hijau di San Ignacio Hotel. Kami bertemu puluhan iguana dewasa, serta ratusan bayi iguana. Awalnya cukup menegangkan ketika salah satu iguana dewasa diletakkan ke pundak saya, namun lama kelamaan saya menikmatinya. Saya juga sangat menikmati waktu bersama para bayi iguana yang diletakkan di atas kepala dan seluruh pundak saya dan Aris. Geli, namun seru!


Iguana adalah binatang yang manis, namun dapat melawan ketika merasa terancam. Dahulu saya pernah memelihara 2 ekor iguana. Kini saya menyadari bahwa mengambil iguana dari habitat aslinya adalah tindakan yang merusak dan sadis bagi hewan tersebut. Jika sang pemelihara tidak dapat memberikan habitat yang sangat mirip dengan habitat aslinya, maka iguana itu sesungguhnya tersiksa.

Saya minta maaf, iguana.

Comments

Popular Posts