Rindu Eyang Uti

Sudah beberapa malam aku bermimpi tentang Eyang Uti. Beberapa kali mengatakan langsung (di dalam mimpi) kepadanya bahwa aku sangat merindukannya. Sayangnya, aku tidak pernah sempat mengatakan betapa ia sangat luar biasa dan berarti bagiku. 

Eyang Uti adalah Lusia Sri Hastuti Siswardi. Lahir di Solo, 7 Mei 1930 dan meninggal di Depok, 28 Desember 2008.
Eyang Uti adalah istri dari almarhum Siswardi Soeryoputro, ibu dari ibuku, nenek bagi 15 orang cucu dan 2 cicit.
Eyang Uti adalah ibu guru dan pahlawan bagi ratusan anak atau bekas anak, karena tidak sedikit yang kini sudah dewasa.
Eyang Uti adalah jiwa di setiap pesta, sumber tawa di setiap pertemuan.
Eyang Uti adalah seseorang yang akan selalu menyapa setiap orang lanjut usia seperti mereka adalah orang terpenting di dunia dan membuat mereka merasa senang atau bingung.
Eyang Uti adalah pendoa bagi mereka yang sakit atau terbaring di ranjang kematian.
Eyang Uti menyentuh hati dan mereka yang tersentuh olehnya tidak akan pernah bisa melupakannya.
Eyang Uti adalah nenek yang menjaga aku dan adikku ketika orangtua kami pergi ke luar kota.
Eyang Uti adalah nenek yang bangga ketika kami mendapat nilai baik, namun lebih bangga lagi ketika kami berbuat baik.
Eyang Uti adalah manusia yang tidak sempurna, karena memang tidak ada manusia yang sempurna.
Namun Eyang Uti adalah manusia yang menginspirasi. Seumur hidupnya, ia mencintai, memotivasi dan menginspirasi.
Seumur hidupnya ia menjadi dirinya sendiri; mandiri, tangguh, lucu, penuh belas kasih, penuh mimpi, sederhana, namun kaya karena cinta di hatinya seakan tidak pernah habis.

Besok Eyang Uti ku berulangtahun. Jika masih di dunia ia akan berusia 81 tahun. Aku percaya ia kini sudah menyatu dengan segala sesuatu yang baik dan indah di dunia.

Rindu Eyang.

Comments

Popular Posts