Senin Hitam

Hari Minggu lalu menjadi salah satu hari tergelap di Indonesia. Tiga orang pengikut Ahmadiyah dibunuh karena kepercayaan mereka. Puluhan orang lainnya luka-luka. Dan pemerintah baru akan bertindak, koar-koar agar masalah ini dituntaskan segera, koordinasi kanan-kiri. Banyak omong! Klise!

Saya tidak punya kata-kata yang pantas untuk menggambarkan perasaan yang saya rasakan. Sungguh tidak ada. Saya hanya ingin menangis karena rasa ngilu di hati yang tak kunjung hilang. Saya tidak habis pikir bagaimana mungkin di tahun 2011 ada orang-orang yang harus mati karena apa yang mereka percaya. Ke mana hati nurani? Ke mana pemerintah yang harusnya mengayomi, melindungi?

Suara-suara berteriak di twitter, penuh kemarahan. Pemerintah didorong untuk bertindak segera dan pejabat-pejabat negara masih saja mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang tidak sensitif, bahkan cari aman. Tiga orang meninggal dan mereka masih berlaku pengecut!

Saya jijik terhadap pemerintah yang menjabat. Kalian membuat Indonesia yang saya cintai jadi negara yang membiarkan orang-orang dibunuhi dan dilupakan. Kalian lebih takut pada segerombolan penjahat yang membawa-bawa nama Tuhan ketika membunuhi sesama saudara se-Tanah Air, kalian tunduk di hadapan uang dan memilih berpaling ketika kemanusiaan diinjak-injak. Kalian memalukan! 

Senin ini gelap, meski matahari bersinar dengan cerahnya di luar sana. Saya berkabung untuk matinya hati nurani, untuk pemerintah yang tidak punya nyali (dan/atau otak), untuk pluralisme yang terus-menerus diancam, untuk jiwa-jiwa yang kemarin pergi sebagai martir dan keluarga-keluarga mereka yang ditinggalkan. Saya berduka untuk negara yang makin lama makin sulit saya kenali dan negeri yang setengah mati saya cintai, namun tidak kunjung dihargai.

Semoga Tuhan memberi kekuatan dan ketabahan kepada segenap warga Ahmadiyah. 

Comments

Popular Posts