Perempuan Indonesia: Dilayani dan Melayani
Saya benar-benar sudah ada di Indonesia.
Perempuan Indonesia dan wajah-wajah mereka memenuhi hari Jumat saya.
Rute pertama saya hari ini adalah salon Itje Her di bilangan Cipete. Saya ingat mendatangi salon itu bertahun-tahun yang lalu. Bentuknya jauh berbeda, tetapi namanya tetap sama. Kini juga lebih banyak perempuan Indonesia yang bekerja di dalamnya dan perempuan Indonesia yang datang untuk mendapatkan pelayanan. Dan saya suka sekali memperhatikan mereka.
Salon di Indonesia atau Jakarta (karena saya kurang paham keadaan salon di luar Jakarta) itu unik. Terutama salon-salon yang menargetkan pasar dari kelas menengah, seperti Itje Her. Dengan harga yang terjangkau, perawatan-perawatan paling mewah dapat diperoleh. Bagi saya kini, perawatan tubuh dan kepala adalah seluruhnya mewah. Di dalam salon itu juga kita mendengar interaksi yang akrab dan kadang begitu apa adanya antar perempuan di sana. Dan hal itu menjadi poin lain yang membuat saya nyaman berada di dalamnya.
Karena memang khusus perempuan, maka hanya perempuan dan perempuan lagi yang ada di dalam Itje Her. Tua, muda, gemuk, kurus, berkulit sawo matang, kuning, putih atau ber-vitiligo, berambut lurus, keriting, beruban, suka bicara, pendiam, pecandu blackberry, perokok, hingga pemakan siomay dan peminum teh botol, ada di sana dan terlihat jelas. Tetapi ketika para perempuan yang datang kemudian diberi kemben untuk mengganti pakaian mereka, maka sudah tidak lagi dapat dibedakan mereka yang datang dengan mobil Alphard dan tas LV atau yang datang dengan bajaj dan tas yang tanpa merek (atau LV KW3). Semua hanya jadi perempuan yang ingin dimanja.
Saya rasa semua yang datang perlu berterimakasih kepada perempuan-perempuan yang mengerahkan tenaga mereka untuk melayani, mulai dari para pemotong rambut, para pemijat kepala, para pembersih kuku, para penotok wajah, para pencabut bulu, para pencuci rambut, juga para penyapu lantai. Untuk kerja keras dan dedikasi mereka yang sederhana untuk menyediakan kenyamanan dan memenuhi keinginan perempuan-perempuan lain untuk dimanja, saya sungguh berterimakasih.
Saya keluar dari Itje Her dengan rambut yang sudah rapih juga wangi, tubuh yang rileks dan perasaan senang, tanpa perlu melakukan apapun, kecuali membayar. Bagi saya, itu istimewa.
Saya ada di Indonesia.
Perempuan Indonesia dan wajah-wajah mereka memenuhi hari Jumat saya.
Rute pertama saya hari ini adalah salon Itje Her di bilangan Cipete. Saya ingat mendatangi salon itu bertahun-tahun yang lalu. Bentuknya jauh berbeda, tetapi namanya tetap sama. Kini juga lebih banyak perempuan Indonesia yang bekerja di dalamnya dan perempuan Indonesia yang datang untuk mendapatkan pelayanan. Dan saya suka sekali memperhatikan mereka.
Salon di Indonesia atau Jakarta (karena saya kurang paham keadaan salon di luar Jakarta) itu unik. Terutama salon-salon yang menargetkan pasar dari kelas menengah, seperti Itje Her. Dengan harga yang terjangkau, perawatan-perawatan paling mewah dapat diperoleh. Bagi saya kini, perawatan tubuh dan kepala adalah seluruhnya mewah. Di dalam salon itu juga kita mendengar interaksi yang akrab dan kadang begitu apa adanya antar perempuan di sana. Dan hal itu menjadi poin lain yang membuat saya nyaman berada di dalamnya.
Karena memang khusus perempuan, maka hanya perempuan dan perempuan lagi yang ada di dalam Itje Her. Tua, muda, gemuk, kurus, berkulit sawo matang, kuning, putih atau ber-vitiligo, berambut lurus, keriting, beruban, suka bicara, pendiam, pecandu blackberry, perokok, hingga pemakan siomay dan peminum teh botol, ada di sana dan terlihat jelas. Tetapi ketika para perempuan yang datang kemudian diberi kemben untuk mengganti pakaian mereka, maka sudah tidak lagi dapat dibedakan mereka yang datang dengan mobil Alphard dan tas LV atau yang datang dengan bajaj dan tas yang tanpa merek (atau LV KW3). Semua hanya jadi perempuan yang ingin dimanja.
Saya rasa semua yang datang perlu berterimakasih kepada perempuan-perempuan yang mengerahkan tenaga mereka untuk melayani, mulai dari para pemotong rambut, para pemijat kepala, para pembersih kuku, para penotok wajah, para pencabut bulu, para pencuci rambut, juga para penyapu lantai. Untuk kerja keras dan dedikasi mereka yang sederhana untuk menyediakan kenyamanan dan memenuhi keinginan perempuan-perempuan lain untuk dimanja, saya sungguh berterimakasih.
Saya keluar dari Itje Her dengan rambut yang sudah rapih juga wangi, tubuh yang rileks dan perasaan senang, tanpa perlu melakukan apapun, kecuali membayar. Bagi saya, itu istimewa.
Saya ada di Indonesia.
Comments
Post a Comment