Jakarta Sebentar Lagi Robek!
Saya benar-benar sudah ada di Indonesia.
Sejak hari Senin lalu, sampai dengan sore tadi saya berada di Bali bersama ibu dan sahabat saya. Perjalanan dari Bali memakan waktu 1 jam 40 menit. Sempat di-delay karena pesawat RI 1 juga pulang ke Jakarta dari Bandara Ngurah Rai. Sampai di Jakarta, dibutuhkan waktu hampir 3 jam untuk mencapai rumah saya di Cinere.
Kemacetan demi kemacetan menyertai perjalanan kami. Pusat pertokoan dan hunian mewah yang menjual gaya hidup kosmopolitan berjejer di sepanjang Jakarta Selatan. Melihat iklan-iklan dengan perempuan-perempuan cantik berambut pirang berkibar-kibar, turun dari mobil mewah, membuat saya muak. Janji-janji yang terlalu mudah diumbar dan kemudian jadi pupuk untuk hati yang resah. Hati mereka yang tidak akan pernah mampu tinggal di apartemen-apartemen itu.
Gedung-gedung yang terlihat sepanjang tol Slipi, juga halte-halte busway warnanya kelabu, kusam dan tidak layak. Motor-motor bebek yang sedianya adalah kendaraan yang tidak berbahaya dan diperuntukkan untuk jalan dengan kecepatan rendah, malah jadi kendaraan-kendaraan paling berbahaya dan liar di ibukota. Orang-orang berjalan kaki menggunakan masker, kemudian menyeberang jalanan untuk mencapai Terminal Blok M sambil berebutan ruang jalan dengan kendaraan-kendaraan bermotor. Lalu sebuah jalan layang akan dibangun di atas Jl. Antasari - Blok M. Supaya apa? Supaya Jakarta Selatan juga semakin jadi concrete jungle? Supaya di bawah jalan layang tersebut ada area-area gelap, tidak sehat, kemudian jadi sarang kriminalitas? Saya muak pada sistem yang ada. Saya muak pada sistem yang korup, hati yang rakus, mulut yang hanya mengeluarkan kata-kata sekelas kakus.
Jakarta terlihat bagai kain gombal yang hampir robek dan di dalam kota ini karma buruk berputar-putar tak mau pergi. :(
Saya ada di Indonesia.
Sejak hari Senin lalu, sampai dengan sore tadi saya berada di Bali bersama ibu dan sahabat saya. Perjalanan dari Bali memakan waktu 1 jam 40 menit. Sempat di-delay karena pesawat RI 1 juga pulang ke Jakarta dari Bandara Ngurah Rai. Sampai di Jakarta, dibutuhkan waktu hampir 3 jam untuk mencapai rumah saya di Cinere.
Kemacetan demi kemacetan menyertai perjalanan kami. Pusat pertokoan dan hunian mewah yang menjual gaya hidup kosmopolitan berjejer di sepanjang Jakarta Selatan. Melihat iklan-iklan dengan perempuan-perempuan cantik berambut pirang berkibar-kibar, turun dari mobil mewah, membuat saya muak. Janji-janji yang terlalu mudah diumbar dan kemudian jadi pupuk untuk hati yang resah. Hati mereka yang tidak akan pernah mampu tinggal di apartemen-apartemen itu.
Gedung-gedung yang terlihat sepanjang tol Slipi, juga halte-halte busway warnanya kelabu, kusam dan tidak layak. Motor-motor bebek yang sedianya adalah kendaraan yang tidak berbahaya dan diperuntukkan untuk jalan dengan kecepatan rendah, malah jadi kendaraan-kendaraan paling berbahaya dan liar di ibukota. Orang-orang berjalan kaki menggunakan masker, kemudian menyeberang jalanan untuk mencapai Terminal Blok M sambil berebutan ruang jalan dengan kendaraan-kendaraan bermotor. Lalu sebuah jalan layang akan dibangun di atas Jl. Antasari - Blok M. Supaya apa? Supaya Jakarta Selatan juga semakin jadi concrete jungle? Supaya di bawah jalan layang tersebut ada area-area gelap, tidak sehat, kemudian jadi sarang kriminalitas? Saya muak pada sistem yang ada. Saya muak pada sistem yang korup, hati yang rakus, mulut yang hanya mengeluarkan kata-kata sekelas kakus.
Jakarta terlihat bagai kain gombal yang hampir robek dan di dalam kota ini karma buruk berputar-putar tak mau pergi. :(
Saya ada di Indonesia.
Comments
Post a Comment