Valeska
Saya ingat pertemuan pertama kali dengan Valeska Adiputra. Ketika itu medio 2005 dan saya baru saja masuk bekerja sebagai reporter untuk Majalah Tamasya.
Pertemuan dengannya baru terjadi beberapa hari setelah saya masuk pertama kali, karena ketika itu ia sedang ke Singapura. Valeska adalah desainer untuk majalah tersebut dan namanya tidak pernah absen muncul dalam setiap pembicaraan penghuni kantor. Paling sering diceritakan adalah bagaimana Valeska ribut dengan pemakai jalan yang tidak tahu aturan. Sebelum bertemu dengan orangnya, bagi saya Valeska layaknya Rambo. Rambo perempuan.
Lalu tibalah hari di mana ia akhirnya kembali masuk kerja. Ruangan redaksi berada di lantai 3 dan ketika dirinya masuk dari pintu di lantai dua, suaranya sudah memenuhi kantor. Kencang sekali. Semua orang disapanya dengan riang. Jujur saja saya sedikit senewen. Manusia itu sudah jadi legenda, bahkan ketika saya belum mengenalnya.
"Halo, gue Valeska. Loe reporter baru itu ya?" tanyanya tanpa basa-basi. Tidak ada dinding yang dipasang oleh perempuan itu. Ia kemudian melanjutkan dengan suatu candaan tentang jangan buru-buru minggat atau semacamnya. Saya lupa. Valeska kemudian masuk ke ruangannya dan keluar lagi membawa berbagai pernak-pernik. Oleh-oleh dari Singapura bagi seluruh penghuni kantor. Tiba-tiba ia datang ke meja saya dan mengulurkan sebuah jam tangan digital dari plastik. Saya ingat warnanya putih. "Ini buat elo,"ujarnya. Ia tersenyum dan berlalu masuk ke ruangannya. Ketika itu saya baru menyadari bahwa celana yang ia pakai beda warna bagian kiri dan kanannya, serta ada ritssluiting di sepanjang bagian tengahnya. Bagai dua orang tukang jahit membuat setengah celana, kemudian menjahitnya jadi satu. Celana paling ajaib yang pernah saya lihat sepanjang hidup. Tapi yang lebih membuat saya terpaku adalah bagaimana ia dengan sangat perhatian memberikan saya oleh-oleh, bahkan ketika ia sama sekali tidak mengenal saya. Itu awalnya.
Kini, 5,5 tahun kemudian, ia sudah menjadi salah satu sahabat terbaik saya. Sahabat yang saya sayangi seperti saudara sendiri. Begitu banyak yang sudah terjadi dalam hidup kami selama 5,5 tahun terakhir. Mulai dari berganti model dan warna rambut, perubahan gaya berpakaian, bertambah tato, berganti pekerjaan, kehilangan anjing, kehilangan teman, berganti pacar, berganti negara, hingga Valeska yang kehilangan ayah tercinta, namun menemukan kekuatan dan cinta dari seorang laki-laki yang pada tanggal 29 Oktober 2010 ini akhirnya dinikahi.
Valeska yang tomboy dulu, masih tomboy sampai sekarang. Ia masih galak, masih pemberani, masih penuh percaya diri, masih sangat peduli pada orang-orang lain, terlepas status mereka. Ia masih dan akan selalu menjadi salah satu tokoh favorit dan terpenting dalam cerita hidup saya. Dan saya amat sangat menyayanginya karena semua itu.
Selamat, Val. Semoga cinta, kekuatan hati dan kesabaran selalu menjadi milikmu dalam menjalani apapun yang akan dipersembahkan oleh hidup kepada kalian. Semoga kebahagiaan ada di dalam pernikahan ini hingga maut memisahkan. Semoga kalian tidak akan pernah berhenti menjadi sahabat dan bersenang-senang dalam menjalani apapun juga.
Valeska Adiputra. Jauh di mata, dekat di hati.
Selalu.
Comments
Post a Comment