Sembilan Belas: Gotong Royong Menggambar Sketsa

19 (Sembilan Belas)

Saya cinta Indonesia karena...
sketsa yang belum sempurna, kekerabatan dan toleransi yang lebih dari apapun juga.


Alasan-alasanku ini tak berasal satu sudut pandang tertentu, karena sesuatu yang majemuk tak mungkin bisa aku simpulkan hanya dari arah yang itu-itu saja.

Satu

Kerja keras dan kontribusiku sebagai warga akan berarti banyak bagi negara ini. Bagiku Indonesia adalah sebuah sketsa dan 234,2 juta orang (http://www.bps.go.id/aboutus.php?sp=1) di dalamnya sedang bergotong royong menggambar sketsa itu. Pilihannya ada di tanganku (ah senang mengetahui fakta ini), apakah aku akan membuatnya menjadi awut-awutan atau malah tertata dengan nilai estetika tertinggi. Ya, aku akui negaraku sedang berkembang, dan aku bangga menjadi satu diantara ratusan juta pengembangnya.

Dua

Pernahkah teringat oleh kita ketika di suatu minggu yang indah dan ceria, ayah dan ibu kita berkata, ”Yuk, rame-rame jenguk tante ini (atau om itu) di rumah sakit. Kita pergi makan dulu, baru kesana, sekalian bawa makanan untuk saudara-saudara lain.” Aaahh, sampai merinding aku menulisnya. Dimana lagi bisa kutemukan bahwa menjenguk kerabat di rumah sakit adalah sebuah rencana jalan-jalan keluarga di hari Minggu. Dan jangan lupa, ketika kita sampai di rumah sakit, sudah ada nenek, kakek, om, kak ini, mba itu, mas siapa dan om yang itu. Sebuah kain tipis (sudah tidak jaman rupanya dengan tiker) tinggal digelar di kamar itu, lalu kita bisa tertawa, menonton televisi Rumah Sakit beramai-ramai dan tentunya bergosip.

Tiga

Beberapa pemandangan menenangkan sering kujumpai dalam satu minggu penuh. Hari Minggu yang lalu aku melintas rute biasaku dan menjumpai banyak sekali orang-orang berjalan kaki sambil menenteng alkitab atau gitar (mungkin pemuda gereja yang siap melayani). Kemudian, setiap jumat sekitar pukul 11.30 siang, lobi kantorku penuh dengan orang seliweran membawa sajadah dan siap melakukan ritual sholat jumat. Aku juga ingat beberapa sabtu lalu, aku dan pacarku sempat terkena macet di bilangan Karet, Jakarta Pusat dan ketika kami telusuri ternyata di pusat kemacetan ada vihara, dan banyak orang sedang kesana. Aku yakin di dalam setiap mobil pasti hanya akan ada gumaman ”Ooooh, pantes..ada acara di vihara.”

Aku beruntung karena sempat punya kesempatan untuk berkunjung ke beberapa negara orang, dan tak pernah kusaksikan yang seperti itu. Jika memang sempat ada, aku yakin cara yang lain melihat tak akan senormal aku yang ada di Indonesia. Menyedihkan. Aku tak bicara bahwa semua orang di Indonesia beragama, aku hanya bilang bahwa kami punya toleransi yang lebih dari apapun juga.

Ketika mereka berbicara buruk tentang negaraku, emosiku meninggi dan jidatku mengkerut, sekejap aku langsung mengerti, aku benar-benar cinta Indonesiaku.

Jaime Angelique


Angel mendapatkan gelar Master di bidang Hukum dari University of Leeds dan saat ini ia bekerja di sebuah firma hukum di Jakarta.

Comments

Popular Posts