Bencana di Teluk Meksiko

Hari ke-46. Kebocoran sumur minyak bumi milik perusahaan raksasa BP di Teluk Meksiko masih belum dapat ditanggulangi. Setiap hari yang berlalu dengan berita tentang gagalnya berbagai cara untuk menutup kebocoran mengakibatkan nyeri di dada atau rasa ingin muntah.

Entah bagaimana porsi pemberitaan tentang kebocoran minyak ini di Indonesia, tetapi di sini, setiap hari TV dan surat kabar tidak henti-henti menyampaikan pemberitaan mengenai hal itu. Kebocoran ini bahkan jauh melebihi kebocoran kapal tanker milik Exxon yang terjadi di Alaska tahun 1989. Padahl sebelumnya, kebocoran tanker itu adalah yang terbesar dalam sejarah Amerika Serikat. Beberapa negara bagian yang tepat berbatasan dengan laut sudah begitu naik pitam, panik dan pontang-panting membentengi pantai-pantai mereka dari minyak mentah yang semakin mendekati.

Industri pariwisata bisa dipastikan berantakan dan rugi besar, apalagi bencana ini terjadi tepat ketika musim panas tiba. Tapi yang terutama, tumpahnya minyak ke laut lepas ini membuat air terkontaminasi, binatang-binatang yang hidup di laut atau mengambil makanan dari laut ikut terkontaminasi. Siksa ini terjadi kepada mereka yang sama sekali tidak bersalah, bahkan tidak peduli tentang bahan bakar minyak. Saat ini, selain upaya untuk mengatasi kebocoran yang terjadi 5000 kaki di dalam laut, serta menampung minyak yang sudah terlanjur mengotori lautan, upaya besar-besaran dikerahkan pemerintah, BP, LSM lingkungan hidup, dan segenap masyarakat.

Sebagai perusahaan yang memiliki sumur tersebut, BP bertanggungjawab membiayai semua yang harus dilakukan untuk membuat keadaan kembali seperti semula. Entah dibutuhkan waktu berapa lama, tetapi segala upaya akan dilakukan untuk membersihkan laut dan segala isinya. Sementara itu, harga saham BP  meluncur turun dengan drastis seiring setiap upaya penutupan sumber kebocoran yang gagal.

Saat ini BP memang dilihat sebagai pihak yang bersalah. Tetapi perlu diketahui juga bahwa ada 3 pihak yang bertanggungjawab terhadap sumur tersebut, yakni BP sebagai pemilik sumur, Transocean sebagai pihak yang mengoperasikan oil drilling platform dan Halliburton sebagai kontraktor yang disewa oleh Transocean untuk menyemen sumur tersebut. Ketiga perusahaan itu saat ini sedang dalam situasi saling tuding dan sebuah investigasi dilaksanakan untuk menentukan di mana kesalahan yang mengakibatkan kerusakan separah ini terjadi. Menurut hemat saya, perdebatan untuk menentukan siapa yang salah bukan hal terpenting saat ini.

Setiap hari menjadi hari yang muram di sini. Hari-hari yang marah. Hari-hari yang membuat tertekan dan muak. Hari-hari yang semoga saja segera berganti menjadi lebih baik. Perasaan yang menyiksa ini ada setiap detik dan tidak mau pergi, bahkan ketika saya menghindari televisi.

Rasanya saya perlu meminta maaf. Kepada hati nurani dan kepada alam yang tersakiti. Maaf karena saya terlibat. Di satu titik dalam perjalanan panjang eksplorasi minyak lepas pantai dan laut dalam, saya sebagai manusia berkontribusi dengan memiliki kepongahan dan kerakusan yang membuat semua ini terjadi. Maka saya mohon maaf.

Semoga bencana ini segera terlewati. Amin.

Ohya, satu hal tentang bencana ini, saya jadi teringat bencana lumpur Lapindo. Bagaimana keadaan di sana saat ini? Apakah Lapindo memenuhi segala janji?

Sila klik di sini jika ingin melihat live cam tentang perkembangan kebocoran minyak.

Comments

Popular Posts