Zus!

Mariatne Martokoesoemo adalah nama gadis nenekku, ibu dari bapakku. Eyang Cus adalah panggilanku untuknya, karena sejak muda ia biasa dipanggil "Zus", kata bahasa Belanda yang kurang lebih artinya sama dengan "Sis" dalam bahasa Inggris.

Eyang Cus yang lahir di Tegal, 9 November 1925, mungkin adalah manusia paling pendiam yang aku kenal. Tidak banyak bicara, tidak bisa basa-basi, tidak hangat dan tidak pernah menunjukkan apa yang dirasakannya, ia pemendam perasaan paling handal yang aku kenal. Meskipun demikian, perempuan ini lebih tegar dari karang dan memiliki kebaikan hati yang ditunjukkan langsung dengan perbuatan.


Tidak tahu kapan tepatnya foto di atas ini diambil. Pastinya sebelum tahun 1965, karena di tahun itu Eyang Yon, kakekku, wafat. Ketegaran Eyang Cus terbukti sejak tahun itu. Eyang Yon wafat di dalam Pemberontakan G30S PKI. Ia dibunuh di rumahnya sendiri oleh pasukan yang konon datang untuk "menjemputnya" bertemu Presiden Soekarno.

Setelah Eyang Yon tewas dan jasadnya dibawa oleh para penembaknya, Eyang Cus tanpa menangis memanggil anak tertuanya untuk membantu membersihkan genangan darah Eyang Yon, sebelum anak-anak yang lain mengetahuinya. Tidak pernah sekalipun aku mendengarnya berkeluh kesah atau bercerita dengan sedih tentang kejadian menyeramkan di malam itu, atau bahkan tentang kejadian itu sama sekali. Hanya kalimat: "Sudah risiko menjadi istri tentara" yang aku ingat pernah keluar dari mulutnya.


Dokumentasi pernikahan Zus dan Yon.

Eyang Cus (paling kiri) dengan orangtua (Besar dan Loesinah Martokoesoemo) dan adik-adiknya. Eyang Cus adalah anak tertua.

Tinggal di Belanda beberapa tahun, karena Eyang Yon dikirim bertugas.

Group picture ketika Eyang Cus dan Eyang Yon masih pacaran. Kedua dari kiri adalah Oma Indra, adik perempuan sekaligus sahabat Eyang Cus.

Eyang berhasil membesarkan kelima anaknya sendiri, dengan sedikit bantuan dari pemerintah karena statusnya sebagai janda pahlawan revolusi. Hemat kata-kata, emosi dan kepraktisannya dalam berpikir, juga bertindak membuat Eyang Cus dianggap dingin, tetapi ia selalu berusaha memenuhi setiap kebutuhan keluarganya.



Sesungguhnya, hanya sedikit sekali yang aku tahu tentang Eyang Cus, karena ia tidak banyak membagi informasi dan tidak suka bercerita tentang dirinya. Tetapi aku tahu bahwa di balik semua ketangguhan dan kesunyiannya, ia adalah manusia dengan sejuta perasaan. Aku tahu bahwa ia adalah perempuan yang penyayang. Ia hanya kebetulan memilih untuk menyimpan semua perasaannya sendiri. Ia perempuan tua yang istimewa dan aku menyayanginya karena semua itu.

Comments

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete
  2. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts