It Pays to be Nice
Sudah beberapa kali saya mengalami masalah dengan First Media. Beberapa kali masalah itu muncul karena kesalahan saya sendiri alias telat bayar.
Anyway, kalau telat bayar maka sanksinya adalah pemutusan pelayanan yang diberikan. Maka ketika internet tiba-tiba mati kemarin siang, feeling saya sudah mengatakan ini karena telat bayar. Saya pernah mengalaminya. Saya ingat keribetan yang saya alami untuk mengaktifkan kembali internet dan TV kabel. Saya ingat bahwa saya harus berkali-kali menelpon customer service untuk mendapatkan jawaban yang itu-itu saja. Alasan mereka macam-macam, kadang bahkan tidak ada alasan, hanya: "Kami akan mencoba mengaktifkan internet ibu dari sini." Dan 24 jam kemudian saya masih kalang kabut numpang internet-an di semua tempat, kecuali rumah saya sendiri. Maka saya menelpon lagi dan lagi dan lagi. Mendapatkan jawaban yang sama, lagi dan lagi dan lagi. Belum lagi harus mengirimkan via fax bukti pembayaran meskipun saya sudah menyebutkan nomor urut transaksi ATM, jam transaksi, dan semua keterangan di kertas bukti transfer itu. Intinya: ribet dan bikin emosi. Lebih bikin emosi lagi kalau itu bukan kesalahan saya, tetapi memang pelayanan mereka yang sedang buruk.
Maka tadi saya mencoba cara baru. Setelah membayarkan tagihan yang saya tunggak (secara tidak sengaja - bela diri mode: ON), saya lalu menelpon First Media. Setelah cukup lama menunggu, telpon saya akhirnya diangkat. Saya lalu menunggu si customer service menyebutkan nama. Saya sempat berpikiran bahwa semua customer service First Media memakai nama samaran yang terinspirasi dari sinetron, karena beberapa kali saya dijawab oleh seorang pria bernama "Farrel" atau perempuan bersuara empuk dengan nama "Intan" atau "Ririn". Ririn okelah, Intan juga cukup masuk akal sih.. Tapi Farrel??? Anyway, nama perempuan yang mengangkat telpon saya tadi adalah Tiwi. Setelah menyebutkan nama dan nomor pelanggan saya kepada Mba Tiwi, saya kemudian bicara dengan sangat ramah kepada dia. Intinya menanyakan bagaimana agar internet saya bisa cepat aktif kembali. Saya dengarkan penjelasan dia dan saya berusaha bicara sambil tersenyum. Saya yakin orang tahu bilamana kita bicara sambil tersenyum atau cemberut di telpon. Maka saya tersenyum. Semanis mungkin. Mba Tiwi, seperti juga customer service lainnya menjawab, "Baik, Bu. Kami akan coba aktifkan dari sini, tetapi tolong fax bukti pembayarannya." Ia mencatat nomor handphone saya dan telpon pun disudahi. Saya bersiap-siap mencari wartel untuk mem-fax bukti setoran. Tiba-tiba ada telpon masuk ke handphone dari First Media. Mba Tiwi menelpon, dengan tergagap-gagap meminta maaf karena lupa menanyakan berapa jumlah yang saya bayarkan. Saya menjawab dengan senyum manis tersungging di wajah, walau ia tidak bisa melihatnya. Tak berapa lama ia menelpon lagi dan menanyakan di dekoder yang mana saluran HBO harus mereka aktifkan. Setelah ucapan terima kasih dan selamat siang, tak berapa lama internet dan TV saya menyala. Saya bahkan belum mem-fax bukti pembayaran! Hihihi.. Terima kasih, Mba Tiwi! Lain kali, kalau saya telat bayar lagi, saya mau telpon terus-menerus sampai saya dapat Mba Tiwi lagi, karena nyatanya Mas Farrel kurang canggih!
hahaha,
ReplyDeleteFarrel,
Lu nonton sinetron itu ya?
Kalo gue sih suka sebel ama
CS-nya IM2.
Pas internetnya susah konek, mereka pernah bilang "biasanya kalo malam jam 2 ampe pagi gitu mas, koneksinya lancar"
Ini jawaban bodoh banget ya, kaya duit lu jatuh di thamrin, terus karena jalannya lagi gelap, lu disuruh nyari di Bekasi aja, karena jalanannya terang.