Terjebak!

Malam minggu lalu, minggu dini hari tepatnya, saya dan beberapa orang teman terjebak di Tanah Kusir (lagi-lagi Tanah Kusir!), ketika suatu acara keagamaan baru saja selesai. Saya sama sekali buta tentang siapa yang mengadakan acara, atau apa yang dilakukan atau darimana para jamaah yang menghadirinya berasal, tetapi saya tahu pasti bahwa acara itu merugikan banyak orang, meski tentu tidak sebanyak jamaah yang malam itu datang.

Malam itu sudah pukul 02.00 dini hari dan acara baru saja bubar. Saya hendak mengantarkan seorang teman pulang ke rumahnya yang terletak di belakang kuburan Tanah Kusir. Kebetulan (syukur pada Tuhan!!!) malam itu dia yang menyetir sampai rumahnya. Kalau saya yang menyetir, saya pastikan kaki sudah tidak mau berkoordinasi dengan otak, dan air mata sudah tumpah ruah ke mana-mana. Bagaimana tidak?? Kami terjebak di tengah lautan motor dari arah berlawanan! Ribuan motor memilih untuk terus saja melaju, tanpa mempedulikan bahwa ada orang-orang yang tinggal di daerah itu ingin pulang ke rumahnya di jam 02.00 pagi!

Lebih dari setengah jam kami terjebak di tengah keadaan itu. Di tengah kecamuk perasaan kesal dan khawatir, saya berakhir memperhatikan para pengendara motor yang melewati mobil saya ke arah berlawanan dan keadaan di sekitar saya. Para pengendara motor membawa anak-anak kecil, bahkan tak jarang satu motor diisi satu keluarga, ayah, ibu dan 2 anak balita. Pukul 02.00 pagi!!! Saya juga memperhatikan bahwa tak ada satu pun pengendara motor yang memakai helm. Tak sedikit juga yang membawa bambu-bambu panjang dengan bendera besar. Sambil melewati mobil saya, tak sedikit dari mereka yang memelototi kami (plus ngedumel), seakan ada yang salah dengan berada di jalur berlawanan dan seakan kami mengganggu perjalanan mereka. Tak sedikit juga yang sambil lewat menyempatkan diri ngintip ke dalam mobil. Ada "panitia" yang mengatur arus lalu lintas, tetapi nampaknya semua sibuk dengan dirinya masing-masing, karena sama sekali tidak ada koordinasi di antara mereka. Satu bilang jalan, yang lain marah-marah meminta kami minggir dan sabar saja, sebagian sibuk menarik uang parkir dari motor-motor yang lewat. Saya melihat kehadiran polisi, tapi sungguh hanya segelintir, bahkan bisa dihitung dengan satu tangan saja. Apa yang mereka lakukan? Berdiri di pinggir, memperhatikan.

Saya merasa sedang mimpi malam itu. Mimpi yang menyeramkan. 


Comments

Popular Posts