Teluk Drake, Kosta Rika: Menjadi Rendah Hati di Pelukan Alam

*Tulisan dari tahun 2014 yang sudah terlalu lama tersimpan di dalam laptop. 

Sudah empat malam kami habiskan di Kosta Rika: satu di Alajuela (sebuah kota di dekat Bandar udara internasional) dan 3 malam di Teluk Drake (Drake Bay) (daerah pesisir di barat Kosta Rika, sepi dan terpencil). 

Setiap malam saya tidur cepat lalu terbangun tengah malam atau dini hari dan tidak bisa tidur lagi. Nyamuk-nyamuk di Drake Bay sungguh ganas, terutama karena dua hari terakhir hujan turun terus-menerus. Tapi saya tidak berkeluh kesah. Saya selalu tidak sabar memulai hari di sini. Saya tidak ingin ketinggalan melihat alam bergeliat, memulai keajaiban-keajaiban kecil dan besarnya.

Kehidupan di Drake Bay sederhana dan sepi. Suara burung dan ombak mengalahkan suara mesin kendaraan dan televisi. Penduduk yang ada di Drake Bay menyandarkan diri pada pariwisata yang bertanggungjawab pada alam. Tidak ada hotel mewah dengan parkiran mobil dan valet di sini. Semua menyatu atau seimbang dengan alam.

Turis datang lewat jalan laut, darat, atau udara. Pada akhirnya semua membutuhkan kendaraan 4x4 untuk sampai ke penginapan pilihan karena medan yang tidak bersahabat. Di musim penghujan tidak disarankan mengendarai mobil. Biasanya turis memarkir kendaraan di Sierpe lalu naik kapal selama kurang lebih 1 jam menuju Drake Bay. Saat ini laut sedang sering-seringnya bertingkah, jadi perjalanan kapal pun penuh goncang dan banting. Kami memilih untuk naik pesawat dari Alajuela. Memang lebih mahal, namun jauh lebih cepat. Kami tidak punya banyak waktu dan waktu yang kami miliki, ingin kami habiskan di Drake Bay.





Sebuah kendaraan 4x4 yang bobrok dari tiga dekade lalu menjemput kami di air strip. Bukan Bandar udara karena hanya ada satu landasan pendek untuk pesawat kecil. Kendaraan kami kemudian dipenuhi turis-turis lain yang datang satu pesawat dengan kami. Total ada 14 orang di pesawat, termasuk pilot dan ko-pilot. Kami ajrut-ajrutan bersama selama 20 menit, melewati sungai dan tanjakan. Satu-persatu kemudian turun di penginapan pilihan.

Sudah sejak 2 tahun lalu kami mencari tahu soal Kosta Rika dan Drake Bay. Tempat ini memang terkenal terpencil, namun menawarkan pengalaman scuba diving yang seru. Dua tahun lalu kami sudah memiliki tiket pesawat untuk terbang dari Houston ke San Jose, Kosta Rika, namun karena kurangnya riset tentang visa, kami terpaksa menggagalkan keberangkatan dan memilih Meksiko.

Pikiran tentang Drake Bay tidak pernah lepas dari kepala. Kami masih ingin datang ke sini. Akhirnya minggu lalu kami memutuskan untuk berangkat ke Kosta Rika dan mengunjungi Drake Bay. Ada dua tempat yang wajib dikunjungi saat berada di Drake Bay: Corcovado National Park dan Isla del Cano atau Cano Island. Kami tidak tahu kalau untuk menuju dua tempat tersebut kami perlu naik kapal lagi, paling tidak selama 50 menit untuk masing-masing lokasi. Maka gagallah saya mengunjungi keduanya. Aris tetap berangkat. Karena sedang hamil, tidak disarankan oleh penduduk setempat untuk naik kapal di musim penghujan seperti ini. Hentakan-hentakan kencang akan menemani sepanjang perjalanan. Saya pun tidak mau mengambil risiko, meski hati ini miris sekali melihat Aris berangkat diving dan bersiap-siap trekking di Corcovado. Tapi saya sungguh ikut senang melihat dia bisa mengalami keduanya. Paling tidak salah satu dari kami harus maksimal selama berada di sini.




Saya maksimal menyaksikan alam dan keindahan di sekitar B&B tempat kami menginap. Dari balkon saya bisa memandang langsung ke laut. Penginapan kami dibangun tinggi di atas bukit sehingga pemandangan yang tersaji pun sangat luar biasa. Sepanjang mata memandang kami hanya melihat laut atau hutan (sekunder dan primer). Burung-burung beterbangan di depan mata, hinggap di dahan-dahan. Begitu juga dengan kupu-kupu. Monyet-monyet capuchin sekali waktu pernah datang ketika kami sarapan, mengincar semangkuk gula di atas meja.

Di Drake Bay seakan tiada tanah yang kosong, karena tumbuhan beragam jenis memenuhi setiap centi. Bahkan di satu pohon, bisa ada 3-4 jenis tumbuhan lain yang ikut tumbuh. Semuanya gemuk dan sehat, tidak ada yang berkekurangan. Tempat ini luar biasa.







Hari ini saya sendirian di Casa Horizontes (nama penginapan kami) karena tamu-tamu yang lain menghabiskan satu hari penuh di Corcovado. Saya ikut sarapan pukul 5.30 pagi tadi dan melepas keberangkatan mereka. Dengan secangkir kopi susu di tangan saya kemudian memilih untuk duduk menghadap laut di kejauhan dan menyaksikan burung-burung hinggap di pohon-pohon sekitar balkon. Ini hobi baru saya: memperhatikan burung dan mengidentifikasi mereka. Saya patut berterimakasih pada Alex, salah satu turis yang menginap di hotel kami. Ia adalah seorang bird watcher sejati. Ia berkeliling dunia khusus untuk memuaskan kecintaannya pada hobi itu.




Dulu saya merasa orang yang suka bird watching adalah orang yang kurang kerjaan. Kini saya berpikir mungkin lebih baik kurang kerjaan tapi lebih mengerti alam dan isinya, daripada sok sibuk dan merasa yang paling hebat di alam semesta.

Di sini saya belajar banyak tentang bagaimana burung, serangga, bahkan mamalia membantu hutan untuk terus berjaya. Mereka membantu pohon-pohon untuk berbunga dan berbuah, mereka membantu manusia mendapatkan makanan di atas meja. Hal-hal seperti ini harusnya saya sadari sejak kecil dahulu. Harusnya saya hargai sejak kecil dahulu. Tetapi seperti kebanyakan manusia, I take things for granted and I regret that.





Setiap tumbuhan punya sahabatnya. Saya baru tahu kalau pohon cokelat dibantu penyerbukannya oleh nyamuk dan hanya nyamuk. Sebagai timbal baliknya, pohon cokelat menyediakan tempat bagi para nyamuk untuk berkembang biak. Ada tumbuhan yang dibantu oleh kupu-kupu, lebah, bahkan burung dan monyet. Hubungan yang terjalin di antara mereka terjalin tanpa komplikasi, tanpa kontrak dan bagi hasil. Alam bekerja dengan caranya dan ketika kita memutuskan untuk diam sejenak dan memperhatikan, kita dapat mengenalnya dengan jauh lebih baik.

Saya mungkin terdengar sangat sok tahu dan nerdy, tetapi saya sungguh terpesona. Terutama kini setelah saya tahu lebih banyak berkat trekking pendek yang saya lakukan bersama seorang pemandu yang sangat mengenal alam Drake Bay. Kami berjalan menyusuri kota Drake Bay, melewati hutan sekunder dan menghabiskan waktu di hutan primer. Kami memperhatikan burung, seranggga, dan reptil, membahas beragam tumbuhan, bicara tentang hutan.



Nanti malam kalau tidak hujan saya dan suami akan ikut sebuah tur yang sangat terkenal di Drake Bay: the Night Tour with Tracie the Bug Lady. Kami akan masuk hutan malam-malam dan mencari serangga dan reptil. Katanya tur ini sungguh luar biasa dan saya sudah tidak sabar untuk melakukannya. Semoga nanti malam tidak hujan!

Comments

Popular Posts