Perjalanan Peru: Garis Besar, Catatan Kecil

Semua berawal dari keisengan mencari tiket murah (ke mana saja) dua bulan yang lalu. Awalnya Madrid, Spanyol yang jadi incaran, tetapi lalu Peru yang jadi pilihan. "Machu Picchu?" tanya suami. "Lila?" tanya saya. Kami lalu saling berpandangan dan segera mencari kartu kredit. Houston - Lima: November 21, 2015. Lima - Houston: November 29, 2015.

Jujur saja, setelah tiket dibeli saya kemudian rajin riset. Terutama tentang membawa bayi ke Machu Picchu. Tidak banyak orang yang melakukannya. Mereka yang melakukannya kebanyakan dianggap nekat atau sangat berani karena satu alasan utama: altitude sickness.

Machu Picchu berada di ketinggian 2.430 meter di atas permukaan laut. Altitude sickness atau penyakit ketinggian disebabkan oleh kekurangan oksigen karena berada di ketinggian dan tubuh belum terbiasa. Akibatnya adalah sakit kepala, mual-mual, dan susah tidur. Banyak yang terkena penyakit ketinggian ketika mengunjungi negara-negara yang berada di ketinggian 2.430 mdpl ke atas; seperti Peru, Ekuador, dan Nepal.

Maka tentu saja penyakit ketinggian membuat saya paranoid membawa Lila. Ternyata bayi dan anak kecil hampir tidak pernah kena penyakit ketinggian. Orang dewasa lah yang perlu berhati-hati. Maka saya jadi lebih percaya diri membawa Lila mengunjungi Machu Picchu. Saya dan suami kemudian membeli semua barang keperluan untuk membuat Lila nyaman.

Berikut barang-barang yang sangat menolong dalam perjalanan kami bersama Lila:

- Tas punggung merek Osprey Poco untuk hiking bersama bocah. Tas ini dilengkapi dengan tudung untuk melindungi Lila dari matahari serta hydration pack. Selama digendong dengan tas ini Lila asyik menyedot air kalau di kehausan.
- Soft Structure Carrier. Milik kami adalah Beco Gemini yang bisa dipakai menggendong Lila dalam empat posisi. Selama berjalan-jalan saya menyusui Lila mempergunakan carrier ini.
- Walking sticks. Penting untuk menjaga keseimbangan saat hiking menanjak, meski tidak kami pergunakan ketika di Machu Picchu.
- Sippy cup anti spill dengan sedotan. Milik kami merek Munchkin. Sangat membantu kalau Lila tidak mau menyusu saat take off dan landing.
- Fotocopy paspor dan semua surat-surat penting. Kami selalu membawa satu copy paspor ke manapun kami pergi.
- Dompet pinggang supaya tidak perlu membawa dompet dan aman dari copet.
- Gadget berisi rekaman video Elmo dan Baby Einsten. Elmo adalah penyelamat kami.
- Sunblock untuk Lila. Matahari Peru luar biasa sangar.
- Satu tas besar berisi kegembiraan dan fleksibilitas.

Itinerary
Machu Picchu berada di lokasi yang cukup sulit dicapai. Jalur Inka dipilih oleh mereka yang punya waktu dan tenaga untuk menghabiskan paling tidak empat hari berjalan kaki menuju situs terkenal itu. Perjalanan ini dimulai dari Sacred Valley of the Incas, yakni sebuah area historis yang terdiri dari beberapa kota tua di lembah pegunungan Andes. Mereka yang tidak sreg (atau kehabisan slot) untuk mendaki jalur Inca bisa memilih naik kereta dari Cusco atau Ollantaytambo ke Aguas Calientes (atau Machu Picchu Town) untuk kemudian naik bus selama 25 menit ke tempat Machu Picchu berada. Kami tentu memilih yang belakangan.

Berikut rute perjalanan kami selama di Peru:

Hari 1: 
Terbang ke Lima, ibukota Peru, dari Houston, Texas pukul 19.30. Transit dulu di  Mexico City (sungguh sesuatu yang kami sesali).

Hari 2: 
Tiba di Lima pukul 07.00 keesokan harinya. Kami lalu menghabiskan seharian mengeksplorasi daerah Miraflores. Juga menginap di Miraflores.

Hari 3: 
Pukul 08.00 kami naik pesawat ke Cusco. Dari Cusco kami naik mobil selama 1,5 jam ke kota Ollantaytambo di area Sacred Valley. Alasan kami memilih Ollantaytambo adalah untuk aklimatisasi (adaptasi terhadap ketinggian). Ollantaytambo berada di ketinggian 2.792 mdpl, sedangkan Cusco sekitar 3.400 mdpl.

Hari 4:
Mengeksplorasi Ollantaytambo.

Hari 5:
Menghabiskan pagi dengan sarapan dan hiking dan packing selagi Lila tidur siang. Naik kereta pukul 16.36 ke Machu Picchu Town (Aguas Calientes). Tiba di Aguas Calientes sekitar pukul 18.00 lalu check-in hotel, makan malam, dan istirahat.

Hari 6:
Pukul 05.30 naik bus ke Machu Picchu. Turun dari Machu Picchu pukul 11.00. Makan siang di kota lalu istirahat di hotel (late check-out) dan naik kereta kembali ke Ollantaytambo pukul 16.12. Kereta sempat terhenti di tengah jalan selama +/- 45 menit (Lila kepanasan, capek, dan kesal) dan tiba di Ollantaytambo hampir pukul 19.30. Naik mobil ke Cusco dan check-in di hotel pukul 21.00. Hari yang panjang dan sangat sangat melelahkan.

Hari 7:
Mengeksplorasi Cusco.

Hari 8:
Sarapan dan jalan-jalan di Cusco lalu berangkat ke airport untuk penerbangan ke Lima pukul 12.50. Tiba di airport pukul 11.00 dan mendapat kabar bahwa penerbangan diundur 2 jam. Kembali lagi ke Cusco untuk makan siang dan jalan-jalan membunuh waktu. Akhirnya terbang ke Lima pukul 15.00. Sampai di Lima pukul 16.30. Naik taksi ke penginapan dan tidak mengekplorasi Lima lagi karena semua sudah kelelahan.

Hari 9:
Dijemput taksi pukul 05.30 untuk ke airport, penerbangan ke Mexico City pukul 08.05. Sampai di airport jaringan komputer mati sehingga tidak ada penumpang yang bisa check-in. Bandara penuh sesak. Akhirnya sempat check-in, tetapi pesawat diundur terbang satu jam karena menunggu penumpang yang lain. Sampai di Mexico City sekitar pukul 13.00 dan terbang ke Houston pukul 18.00 (seharusnya pukul 16.00). Sampai di Houston pukul 20.00 dan sampai rumah hampir pukul 22.00.

Dari perjalanan kemarin saya belajar untuk menerima kenyataan bahwa di Peru pesawat hampir selalu terlambat dan seringkali tidak ada penjelasan mengapa itu terjadi. Saya juga belajar bahwa Kereta api hampir selalu tepat waktu, namun bisa saja terhambat di tengah jalan karena beragam alasan. Untuk amannya, selalu pakai baju yang sejuk dan membawa sweater atau jaket kalau-kalau udara mendadak dingin.

Ketika sedang mengantri untuk naik kereta ke Machu Picchu Town dari Ollantaytambo, seorang bapak-bapak menyapa kami dan menanyakan usia Lila. Ia lalu meneruskan dengan mengatakan, "You're so brave for bringing a baby to Machu Picchu." Kami hanya tersenyum dan berlalu.

Sejujurnya, saya dan suami pun penuh kekhawatiran dan ketakutan. Kami sudah menyiapkan rencana B, C, dan D kalau-kalau Lila kenapa-kenapa. Hal terakhir yang kami inginkan adalah membuat Lila sakit atau terluka. Puji Semesta, gadis kecil kami tidak mengalami masalah apapun. Hal-hal yang membuatnya kesal selama perjalanan kemarin adalah kalau ia kepanasan dan ingin tidur tapi tidak bisa. Bagi saya itu adalah masalah yang bisa terjadi di mana saja dan kapan saja, tidak terbatas pada Peru atau Zimbabwe atau Texas.


Comments

Popular Posts