Island of The Gods



Sudah dua minggu ini saya tenggelam dalam buku "Island of The Gods" karya John McLean. Diterbitkan pada tahun 1990, buku ini memiliki setting di Bali. Tentu, itu adalah alasan pertama saya mengambil buku tersebut dari rak di sebuah toko buku bekas.

John McLean adalah warga negara Inggris yang pertama kali datang ke Bali pada tahun 1974 sebagai seorang mahasiswa hukum. Sejak saat itu sudah tak terhitung berapa kali ia datang kembali ke Pulau Dewata. Cintanya terpaut pada ombak dan penduduk lokal Bali. McLean kemudian mendapatkan gelar di bidang Hukum dan Sejarah. Ia sendiri juga seorang peselancar dan hal ini semakin kentara dengan caranya menggambarkan momen-momen di mana tokohnya mengendarai ombak yang sangat tinggi. Magis!


Adrian, si tokoh utama adalah seorang peselancar asal Australia yang lari dari sebuah kenyataan pahit di dalam hidupnya yang dahulu sempurna ke Bali. Pria muda itu kemudian jatuh cinta pada seorang gadis Bali bernama Dayu.  Dalam upayanya untuk mencari bahagia lewat kecintaannya pada laut dan berselancar, juga kemudian pada Dayu, Adrian bertemu dengan begitu banyak tokoh menarik, seperti veteran perang Vietnam, mantan intel Portugis, atlet tenis kelas dunia yang hancur karena keganasan media gosip, pengedar obat bius, seorang hakim korup, dan banyak lagi. Satu yang menjadi benang merah mereka; kecintaan mendalam terhadap Bali.

Bukan hanya tokoh-tokoh menarik yang ada di dalamnya, tetapi kejadian-kejadian yang mengalir dalam ceritanya pun begitu beragam, antara lain gunung meletus, pembunuhan oleh komunis, tabrak lari, pembunuhan kura-kura hijau (yang ini membuat saya menangis), bahkan penculikan dan penjualan manusia.

Cerita di dalam buku ini dibuat ringan dan penuh naik turun yang kadang terlalu dapat diprediksi. Cerita tentang Bali, masyarakatnya dan kepercayaan yang mereka anut dijalin sebagai benang merah yang kuat oleh McLean. Kekuatan baik dan jahat, dewa-dewi, serta karma dihadirkan lewat kehidupan tokoh-tokoh di dalamnya, meski kebanyakan bukan orang-orang Bali. Sang penulis berusaha menunjukkan bagaimana dunia barat dan timur begitu jauh berbeda, terutama dalam cara berpikir, namun sesungguhnya tetap dapat hidup berdampingan dalam pemahaman dan rasa hormat yang sama besar kepada satu sama lain.

Island of The Gods yang menggambarkan suasana Bali di tahun '80an sukses membuat saya bisa membayangkan pulau itu ketika masih belum riuh rendah dengan komersialisme tanpa ampun, meski McLean pun menggambarkan bahwa ketika itu Bali sudah mulai tidak setenang tahun-tahun sebelumnya.

Pemerintah Indonesia digambarkan sebagai rezim dengan pemimpin yang diktator dan punya ketakutan berlebihan terhadap komunisme, juga penuh dengan oknum-oknum yang korup. Tentu yang dimaksud adalah rezim Orde Baru yang dipimpin Presiden Soeharto. Orang-orang bule di dalam cerita ini harus pintar-pintar menghadapi berbagai aturan dan tata cara informal untuk menyelesaikan masalah dengan para pejabat negara. Orang-orang lokal sendiri digambarkan tidak menyukai, bahkan menakuti hamba hukum di bawah bendera Republik Indonesia.

Buku setebal 578 halaman ini nampaknya tidak dicetak ulang. Saya bahkan hampir tidak menemukan tanda-tanda bahwa buku ini pernah ada ketika melakukan riset di google dan goodreads, juga amazon dan ebay.

Diterbitkan oleh Winter Productions, sebuah penerbit Singapura, Island of The Gods menjadi sebuah bacaan yang enteng, namun penuh dan sulit untuk diletakkan. Meski saya tidak tergila-gila pada gaya menulis McLean, saya sangat menyukai caranya menggambarkan alam, terutama ketika ia menggambarkan laut dan ombak yang bergulung-gulung dikendarai para peselancar.

Comments

  1. thanks for the book
    not the island of god but "the book"

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts