Kunil Tersayang

Kunil adalah seekor anjing kampung. Ia lahir di dunia 8 tahun lalu dari rahim anjing saya yang bernama Oreo. Hari Selasa tanggal 21 Desember 2010 Kunil menghembuskan nafas terakhirnya. 


Kelahiran Kunil sesungguhnya tidak terduga. Oreo melahirkan dua anak anjing yang gemuk-gemuk sebelum Kunil meluncur keluar. Secara harafiah ia memang meluncur keluar, karena tidak ada yang menduga masih ada anak ketiga di perut Oreo. Kunil begitu mungil dibandingkan kakaknya, sehingga ia dengan mudah bisa meluncur keluar tanpa si ibu perlu repot-repot mengejan. Hebatnya, si Kunil yang kurus kecil itulah yang bertahan hidup. Kedua kakaknya mati dalam hitungan hari.

Delapan tahun bersama Kunil adalah sebuah era bagi saya. Era di mana saya belajar untuk memahami hidup dan manusia-manusia di dalamnya. Anjing itu membantu saya melewati masa-masa kelam pasca perceraian orang tua saya. Ia ada ketika saya mengalami hubungan yang buruk dengan pasangan, kemudian putus dengan orang itu dan memulai hubungan baru dengan orang yang menjadi suami saya sekarang. Kunil ada selama proses persiapan pernikahan saya yang penuh dengan naik dan turun. Ia ada dengan hanya berada di sana ketika saya ingin menangis dan mengadu tanpa butuh jawaban atau jalan keluar.





Kunil sendiri adalah anjing dengan karakter yang unik. Ia adalah anjing yang mudah berteman, namun bandel. Bandel dalam arti masuk membawa lumpur ke dalam rumah, membunuh ayam tetangga, mencuri makanan dari meja makan, masuk ke kolam ikan untuk memakan makanan ikan ketika tidak ada yang melihat, mengganggu ibu saat sedang yoga pagi dengan menempelkan hidungnya di hidung ibu, dan suka ngeluyur bersama "Geng Cokelat"-nya. Kami menamai kelompok itu Geng Cokelat karena isinya anjing-anjing berwarna cokelat. Bahkan Oreo yang warnanya hitam putih tidak pernah "nongkrong" bareng mereka. Eksklusif sekali ya?

Tapi bandelnya Kunil selalu membuat kami mengingatnya sebagai anjing yang aktif dan penuh semangat hidup. Di dalam rumah ia tidak melawan bila dimarahi, ia selalu duduk di dekat kaki ibu, menemani ibu berjalan pagi tanpa perlu memakai tali. Ia pasrah bila saya uwek-uwek mukanya. Ia selalu tidur di depan pintu kamar di malam hari sambil terlentang dan terguling ketika ada orang yang membuka pintu. Anjing itu lucu sekali.


Setahun lalu mulai tampak sebuah benjolan di punggungnya. Makin lama makin besar, hingga akhirnya kami memutuskan untuk mengoperasinya. Itu kira-kira 6 bulan lalu ketika saya sudah tinggal di Houston. Operasi yang memang harus dijalani itu malah membuat Kunil semakin parah kondisinya. Memang tidak ada jalan keluar lain. Kalau benjolan itu didiamkan, maka akan pecah dan meracuni bagian dalam tubuhnya. Jika dioperasi maka kanker itu akan menyebar, karena, sedihnya, Kunil terkena kanker kelenjar getah bening.

Ketika saya pulang ke Indonesia akhir bulan November lalu kondisi Kunil sudah sangat menyedihkan. Sangat sangat menyedihkan. Tapi anehnya anjing itu masih bisa beraktifitas seperti biasa, meski juga membatasi geraknya. Ia tidak lagi sanggup mengikuti ibu jalan pagi. Ketika ada monyet yang masuk ke rumah ia masih bisa mengejarnya meski kemudian ia langsung tidur sepanjang hari karena lelah.



Dua hari lalu ibu meminta saya untuk segera pulang karena kondisi Kunil sudah sangat menurun. Kami bertiga, ibu, saya dan adik sudah merasa saatnya sudah tiba untuk mengucap selamat tinggal. Kami tidak ingin Kunil semakin menderita. Tidak ada makanan yang bisa dicernanya, kaki belakangnya mulai sulit digerakkan, ia hanya tidur sepanjang hari dan benjolan di bagian ketiaknya sudah pecah. Kunil menderita. Matanya menunjukkan itu. Kami meminta dokter hewan kepercayaan untuk datang tadi malam. Ia sudah tahu apa yang kami maksud. Kunil "tidur" dengan tenang tadi malam. Kami menguburkannya dalam guyuran hujan. Hati saya remuk sejadi-jadinya.

Bagi sebagian orang Kunil mungkin memang hanya seekor anjing. Bagi saya ia bagian dari keluarga. Ia bagian penting dari keluarga saya. Betapa saya sangat bersyukur memiliki 8 tahun yang luar biasa bersama seekor anjing yang juga luar biasa.



Selamat jalan, Kunil. Selamat menikmati ketiadaan rasa sakit. Kami akan sangat merindukanmu.

Comments

  1. my deepest condolences andhini, he will be missed

    ReplyDelete
  2. Terimakasih, Putri Kilua. It was a she actually.. But she did look like a boy.. Hehehe..

    ReplyDelete
  3. i don't believe there's such a thing as "anjing kampung" or "kucing kampung" or "whatever piaraan kampung"..

    1st of all, living on the streets shouldn't earn them a new stupid breed "kampung". They just happen to live on the streets. That's all.

    Then when a family like yours welcomed them,cared for them, and treated them like one of your family members, they become the best breed ever... the breed is called "LOVED".

    Kunil knew you guys loved her. And for that, she was and had never been "anjing kampung" :)

    Deepest condolences again, Din... Sori baru baca2 blog lagi :)

    ReplyDelete
  4. Thank you, Mba Rini. I really appreciate that.. Thank you.. :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts