Tiga Belas: Kita Bukan Kura-Kura yang Tak Berdaya

13 (Tiga Belas)


Saya mencintai Indonesia karena...
sesungguhnya negara ini mampu melumat dunia.

Adalah suatu hal yang sulit ketika diminta menuliskan alasan mencintai Indonesia sambil melihat kenyataan yang terjadi di negeri ini.

Saya akan tunjukkan sebagian kecil kenyataan yang mengusik pikiran saya :

1) Korupsi di kalangan pemerintahan atas yang menjalar ke berbagai tingkatan yang seakan tiada habisnya dimakan waktu.

2) Orang-orang yang masih belum mendapatkan hidup yang layak dan sejahtera, bahkan banyak pejuang veteran Indonesia yang masih hidup dalam kemiskinan, padahal mereka sudah memberikan jiwa dan raga untuk dipertaruhkan demi negeri ini merdeka.

3) Industri hiburannya yang semakin tengik dan tidak mendidik serta tidak bisa menghargai buah karya yang kreatif dan cerdas, sehingga seniman-seniman yang memiliki karya berkualitas malah tidak mendapatkan perhatian.

4) Lalu lintas di Ibukota yang tidak keruan dan seakan-akan tidak ada upaya penyelesaian dari waktu-ke waktu oleh pemerintah setempat di mana jalanan Jakarta yang sudah ruwet ditambah dengan kemacetan yang tidak berarti.

5) Orang-orang berpendidikan dan berpotensi di Indonesia tidak mendapatkan perhatian di sini sehingga mereka lebih baik pindah ke luar negeri karena mereka lebih bisa menerapkan potensi dan bakat mereka di sana. Ironis…

6) Manusia-manusia yang berlomba-lomba duduk di kursi pemerintahan mengumbar janji kosong bahkan ketika mereka berkampanye, alam pun ikut menjadi korban kampanye mereka. Pohon-pohon ditempeli poster-poster wajah mereka yang mengumbar berbagai atribut dan senyum yang menurut saya penuh kepalsuan. Apakah mereka tidak tahu bahwa tanggung jawab sebagai wakil rakyat itu besar?

7) Masyarakat Indonesia yang konsumtif dan cenderung ‘kagetan’ ketika melihat sebuah produk baru yang datang dari luar sehingga Indonesia pun menjadi pasar yang sangat strategis bagi produsen-produsen apapun di luar Indonesia. Hal ini menyebabkan masyarakat kita semakin konsumtif dan malas, bukannya termotivasi untuk semakin kreatif seperti negara Cina yang membuat tandingan produk-produk Amerika dengan harga yang lebih murah dengan kualitas yang tidak kalah bagus.

8) Sebagian masyarakat masih belum bisa berpandangan plural dan masih ada yang mengusung fanatisme berlebihan pada atributnya masing-masing.

9) Hukum di Indonesia yang masih belum bisa berlaku adil.

10) Pancasila yang semakin terlupakan.

Sebenarnya masih banyak lagi, namun kurang lebih poin-poin di atas sanggup mewakili alasan yang mengusik pikiran saya.

Sungguh menyedihkan melihat sebuah Negara yang berpotensi untuk ‘melumat dunia’, namun malah menjadi seperti kura-kura yang tidak berdaya. Mungkin ini hanya di sebabkan oleh sebagian kecil orang, namun mereka-mereka ini menduduki posisi-posisi yang penting. Alhasil negeri ini malah dibawa ke arah yang salah.

Oke, sekarang kembali ke poin “Alasan Saya Mencintai Indonesia”. Terus terang saya harus melihat lagi dan terus bertanya kepada diri saya sendiri, “Mengapa kamu mencintai Indonesia?”. Mungkin jawabannya adalah di masa lalu ketika saya masih kecil, yaitu saat saya masih dengan lugu dan tanpa sakit hati memandang negeri ini. Ketika itu wujud cinta saya pada negeri ini adalah upacara bendera tiap hari Senin, membaca Pancasila dan menghafalkan butir-butirnya, menyanyikan lagu-lagu nasional, menghormat kepada sang saka merah putih diiringi lagu Indonesia Raya, berkunjung ke Taman Makam Pahlawan dan makam Bung Karno di Blitar, menyaksikan tayangan salah satu televisi swasta yang mendidik di waktu pagi hari, menonton film-film perjuangan seperti “Soerabaja ‘45”, “kereta api terakhir”, “Serangan Fajar”, “Cut Nyak Dien” yang membakar semangat juang di dalam dada, permainan seperti gundu atau kelereng, Gobak Sodor yang asal katanya dari Go Back To Door, Utet, Bentengan, dan lain-lain. Tayangan akhir atau penutupan di TVRI yang menayangkan pemandangan Indonesia dan diiringi oleh lagu “Syukur”, Lagu Mars Pancasila di stasiun televisi yang sama, seragam SD yang berwarna merah putih, topi sekolah yang berlambangkan Tutwuri Handhayani walaupun ketika SD kita jarang diajari untuk menguak makna di dalam lambang tersebut, mungkin karena waktu itu masih Orde Baru.

Ya, saya mencintai Indonesia dari sudut pandang masa lalu, meskipun saat itu adalah masa Orde Baru. Saya ingat dan menyadari bahwa banyak ketimpangan di era tersebut, namun memori kolektif yang berkaitan dengan kecintaan saya atas negeri ini ada di sana semua dan saya tidak peduli jika dikatakan cinta saya hanya pada simbol-simbol belaka.

Dan ketika saya ditanya lagi apa yang membuatmu mencintai negeri ini, saya juga akan menjawab, “Saya mencintai para Pahlawan yang telah gugur ketika berjuang untuk negeri ini.” Adakah alasan lain lagi? Ya, saya mencintai negeri ini tatkala sudah sanggup ‘melumat dunia’ dengan segala potensinya namun tanpa kehilangan identitasnya, biarpun hal itu terjadi satu abad atau bahkan seratus abad lagi. Dengan catatan dunia belum kiamat.

Lalu bagaimana dengan masa sekarang? Apakah momen 17 Agustus tidak mengembalikan kecintaan kita kepada negeri ini? Rasa-rasanya momen tersebut di masa sekarang ini hanya dimaknai sebatas pesta perayaan hura-hura dan hari libur. Tidak ada isinya sama sekali. Semoga dengan adanya upaya seperti ini, yakni menuliskan alasan kita mencintai Indonesia sanggup membuat kita berpikir dan setidaknya ingin berbuat sesuatu yang nyata yang kontekstual untuk negeri ini. Jadi, mari kita berkarya!

Catatan: Saya menuliskan ini dengan di iringi lagu “Tanah Airku” karya Ibu Soed.

Jayalah Tanah Airku Indonesia! YEAH!

TANAH AIRKU

“Tanah airku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidak kan hilang dari kalbu
Tanah ku yang kucintai
Engkau kuhargai

Walaupun banyak negri kujalani
Yang masyhur permai dikata orang
Tetapi kampung dan rumahku
Di sanalah kurasa senang
Tanahku tak kulupakan
Engkau kubanggakan”

(Tanah Airku – Oleh: Ibu Soed)


Rezanov

Rezanov adalah vokalis dari band GRIBS. Ia putra Blitar sejati dan kekritisannya terhadap keadaan sosial banyak dituangkan dalam karya tulisan dan lagu. 

Comments

Popular Posts