Enam: Rumah yang Luas

6 (Enam)

Saya cinta Indonesia karena…
di situlah rumah.


Rumah yang luas. Bukan saja buat gue tapi juga orang-orang yang gue sayangi..

Kadang gue enggak sadar kalau Indonesia ini luas banget dan harus diakui bagi beberapa orang Indonesia jalan-jalan ke luar negeri lebih bergengsi dari pada ke tempat-tempat liburan di Indonesia.

Suatu kali gue pernah ketemu diplomat Belanda yang nanya ke gue sudah pernah travel ke negara mana saja. Dengan nada soknya, Si Melayu ini menyebutkan beberapa negara. Nah, waktu gue nanya balik dia sudah kemana saja, dia cuma menyebutkan sedikit negara, tapi dengan bangganya dia bilang sudah 2 kali keliling Indonesia, dan hampir semua tempat sudah pernah dia kunjungi. Tidak lupa ia juga menyebutkan nama-nama pulau dan tempat wisata terpencil di berbagai penjuru Indonesia. Sementara dia bercerita gue cuma bisa bilang, "Bagus..Bagus.." sambil merasakan irinya hati ini yang belum sempat menjelajah Nusantara.

Rumah yang penuh makanan enak nan eksotis di lidah..

Hehe... Bukannya sombong, tapi karena tuntutan kerjaan, gue pernah menjalani puasa Ramadhan selama hampir sebulan berpindah-pindah beberapa negara. Sudah tidak dapat suasana puasanya, ditambah lagi rindu berbagai macam panganan buka puasa. Terutama yang dapat ditemukan di pusat jajanan buka puasa di Pasar Bendungan Hilir. Hmmm.. Bayangan tentang kue lupis, bubur kampiun, kolak biji salak, lepat, ketan serikaya, dan ongol-ongol selalu membuat air liur menetes.

Rumah yang sejauh-jauhnya kaki ini melangkah, pasti akan membuatnya kembali...

Ini hampir gue rasain setiap traveling dan terbukti memang benar (setidaknya buat beberapa orang TKI di luar negeri).

Suatu waktu, ketika gue sedang kebetulan berada dalam perjalanan dinas ke Roma, di bandara seorang pegawai di Kedutaan RI yang ternyata sudah bekerja hampir 45 tahun di sana menjemput gue. Beliau menceritakan pengalamannya datang, tinggal dan bekerja di Roma. Di akhir ceritanya, gue langsung bertanya, ”Nanti setelah pensiun mau tinggal di mana, Pak?” Dengan enteng beliau menjawab, ”Ya jelas di Indonesia lah, Mas. Wong saya lahir di sana. Ya kalau bisa pengen “kembali” kepada-Nya juga di sana.” Dengan nada polos penuh kebanggaan ia mengatakan semua itu, sekaligus mengucapkan janji untuk memboyong istrinya yang orang Italia asli beserta dua orang anaknya yang cantik-cantik kembali ke Indramayu.

It truly feels like home to me..

Harditya “Kermit” Suryawanto


Harditya atau Adit adalah seorang diplomat bagi Departemen Luar Negeri Republik Indonesia yang mulai bertugas sejak tahun 2005. Saat ini ia berdomisili di Canberra, Australia.

Comments

Popular Posts