Pap Smear: Ada Kali Pertama untuk Segalanya

Tepat satu minggu yang lalu saya pergi ke dokter dan melakukan pemeriksaan fisik umum yang mencakup tes darah dan pap smear. Hari ini saya mendapatkan hasilnya.

Segala pujian kepada Semesta karena hasil tes saya menunjukkan bahwa saya baik-baik saja. Hasil tes saya normal. Saya pun bisa bernafas lega. Benar-benar sebuah perasaan yang menyenangkan. Beberapa teman menanyakan mengapa saya melakukan tes ini. "Apakah kamu merasa ada yang sakit? Ada perasaan tidak enak?" tanya mereka bertubi-tubi. Menjawab pertanyaan mereka, dan mungkin juga Anda, tidak ada alasan tertentu, saya hanya ingin tubuh saya diperiksa secara menyeluruh.

Saya sudah berniat untuk menuliskan pengalaman ini dari sejak pemeriksaan itu dilakukan, namun baru mendapatkan kekuatan untuk menulis ketika hasil tes sudah saya peroleh. Bagi para pria yang membaca tulisan ini, ketahuilah bahwa pemeriksaan ini bagi sebagian besar perempuan (termasuk saya) adalah pengalaman yang tidak nyaman, maka hormatilah dengan tidak memberikan komentar-komentar yang tidak perlu.

Sila baca terus...





Ketika masuk ke ruang dokter, suster segera saja bertanya kepada saya, "Do you want to do a pap smear test today too?" Awalnya saya tidak tahu bahwa itu termasuk ke dalam paket General Physical Exam, karena dokter saya ini judulnya "Family Practice". Ternyata mereka juga melakukan pap smear dan pemeriksaan payudara. "Hmmm.. Well, OK, I'll do the pap smear today," jawab saya sedikit ragu-ragu. Suster itu tampaknya melihat keraguan saya dan bertanya apakah saya pernah melakukan pap smear sebelumnya. Saya menggeleng. Ia kemudian membuat ekspresi muka yang sulit dibaca artinya. "Why? Does it hurt??" tanya saya khawatir. Ia tertawa kecil, kemudian memberikan jawaban yang menenangkan. Intinya ia menjawab bahwa pemeriksaan itu tidak menyakitkan. Mungkin sedikit mengejutkan bagi yang belum pernah melakukannya, namun tidak menyakitkan.

Seluruh rutinitas pemeriksaan hari itu sedikit membuat saya jengah. Pertama, karena saya belum pernah pergi ke dokter di negara ini dan kedua, saya belum pernah melakukan pemeriksaan di "daerah itu". Maka ketidaknyamanan saya rasakan mulai dari detik pertama ketika suster memberikan gaun rumah sakit yang terbuat dari kertas tebal dan selembar kertas tebal lainnya untuk dipasang melintang menutupi bagian yang ingin saya tutupi. Tentu saja, saya memakai kertas itu dengan salah. Dr. Yang, nama dokter saya, kemudian memberitahu bagaimana seharusnya kertas itu dipakai. Begitu paniknya saya ingin membenarkan posisi si kertas sehingga "brek!", yak, kertas itu robek. Sempurna.

Dr. Yang memulai pemeriksaan dari bagian atas tubuh dan bergerak ke bagian bawah. Tekanan darah diperiksa, juga detak jantung, kemudian mata, telinga, mulut, leher, payudara, perut, dan ya, bagian kewanitaan. Saya merasa perlu memberikan detailnya di sini, karena pertanyaan "pap smear itu diapain sih?" terlalu sering saya dengar. Dr. Yang meminta saya untuk mengambil posisi tidur dan kemudian meletakkan telapak kaki saya di sandaran kaki yang terbuat dari besi. Masing-masing telapak kaki mendapatkan sandaran yang berbeda, saya diminta untuk menurunkan badan atau berjongkok dalam posisi tiduran, dan hasilnya adalah posisi kaki yang terbuka.

"Relax. You're married right? So this would not come as a surprise because obviously you have had an experience with male penetration," ujar dr. Yang dengan santai sambil mengarahkan sebuah lampu ke arah pangkal kaki saya untuk memberikan dirinya penglihatan yang lebih jelas. Di tangan kanannya ia memegang alat serupa moncong bebek yang terbuat dari bahan plastik. Belakangan, setelah melakukan riset di google, saya tahu bahwa nama alat itu adalah speculum.

Saya tidak bisa melihat apa yang ia lakukan karena kertas robek tadi menutupi pandangan saya. Dokter perempuan yang kurang lebih berusia 40 tahun itu kemudian menyuruh saya untuk bersiap-siap. "Siap-siap untuk apa ya?" pikir saya dalam hati, tetapi mengiyakan ketika ia memberikan peringatan itu. Dan tiba-tiba "blep". Kurang lebih di kepala saya bunyinya seperti itu; "blep". Ternyata si speculum itu berfungsi untuk membuka dinding-dinding vagina, sehingga si dokter bisa mendapatkan "pemandangan" yang lebih menyeluruh ke bagian dalam. Anda mungkin mulai merasa ngilu dengan bagian cerita ini, tetapi percayalah sebenarnya tidak seburuk itu dan sesungguhnya bukankah saya yang seharusnya merasa rikuh?

Selanjutnya dr. Yang mengambil sampel cairan dari dinding rahim menggunakan apa yang terasa seperti cotton bud berukuran besar. Ia melakukan pemeriksaan standar dengan jari-jarinya, kemudian selesai! Seluruh prosedur itu paling lama hanya berlangsung selama 5 menit kalau semua terlihat normal secara kasat mata. Cotton bud itu kemudian dibawa ke lab untuk diperiksa bilamana terdapat keabnormalan, seperti infeksi, jamur, bakal sel tumor, sel-sel yang tumbuh secara tidak normal juga penyakit menular seksual. Berdasarkan hasil pap smear juga dapat diketahui apabila perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap keberadaan sel-sel kanker.

Intinya, melakukan pap smear memungkin perempuan untuk mengetahui apa yang salah dengan salah satu bagian terpenting dari tubuhnya. Pap smear harus dilakukan oleh setiap perempuan yang sudah aktif secara seksual atau sudah pernah bersetubuh, bersenggama, bercinta! Kalimat "tak perlu melakukan pap smear jika belum menikah" maka tentu artinya bukan pernikahan yang melibatkan penghulu, katering atau baju pengantin. Ya, Anda tentu tahu maksudnya.

Kanker mulut rahim atau cervical cancer sedang menjadi pembicaraan hangat di dalam dunia medis. Secara signifikan jumlah penderita kanker ini meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Di dalam sebuah seminar mengenai kanker mulut rahim yang diadakan oleh Universitas Indonesia dan Yayasan Kanker Indonesia pada tanggal 6 Mei 2010 lalu dipaparkan bahwa setiap harinya 700 orang perempuan di dunia meninggal karena penyakit tersebut dan 80% nya berada di negara berkembang. Statistik di Indonesia adalah 20 perempuan setiap hari meninggal dunia di karena kanker mulut rahim. Dua-puluh. Satu saja sudah terlalu banyak.

Dr. Adrian Septiawan, SpOG yang juga staf pengajar di Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana di dalam seminar tersebut menjelaskan bahwa cervical cancer adalah pertumbuhan sel-sel abnormal di mulut rahim dikarenakan oleh Human Papiloma Virus (HPV). Di dalam tahap awal, kanker ini tidak menunjukkan tanda-tanda tertentu, sehingga banyak perempuan tidak menyadari bahwa mereka telah terinfeksi virus tersebut atau menularkan kepada orang lain. Perlu diketahui bahwa meskipun perempuan adalah carrier dari HPV, namun pria juga dapat tertular kanker mulut rahim.

Dr. Adrian juga menjelaskan bahwa kanker mulut rahim umumnya ditularkan melalui hubungan seksual. Perempuan yang aktif secara seksual harus melakukan pap smear sebagai langkah awal untuk mendeteksi kanker tersebut. Saya rasa sudah saatnya kita sebagai perempuan menelan segala rasa takut, malu, tidak nyaman, juga malas yang menghalangi kita untuk melakukan pap smear. Jika ada pria yang membaca tulisan ini maka doronglah pasangan Anda untuk melakukan pap smear. Ini soal serius, Kawan. Mari bersama-sama saling menjaga.

Saya bertekad untuk melakukan pap smear dan pemeriksaan payudara secara rutin setiap 6 bulan sekali. Paling tidak setahun sekali, karena kedua tes itu akan saya berikan kepada diri sendiri sebagai hadiah ulangtahun. Bagaimana menurut Anda? Pantaskah tubuh Anda mendapatkan hadiah tersebut? Bukankah paling tidak itu yang bisa kita lakukan terhadap tubuh yang sudah memungkinkan kita melakukan begitu banyak hal menyenangkan?

Comments

  1. conggrats yaaa..
    pap test rutin tiap tahun, jangan lupa ada syarat sebelum melakukan pap test jadi hasilnya reliable..bisa cek paptest di mayoclinic atau familydoctor.

    BSE-breast self examination dicek tiap bulan setelah menstruasi, feel anything goes wrong, look for GP

    take care
    -anto-

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts