Aaarrrghhhhhh!!!

Seorang feminis dan aktivis kesetaraan gender menjadi narasumber di sebuah acara TV hari ini (Senin, 21 April 2008). Menyangkut tema Hari Kartini TV tersebut mengangkat 10 pekerjaan perempuan dewasa ini. Entah bagaimana proses pemilihannya, yang pasti sudah ada Top 10 pekerjaan perempuan di dalamnya. 

Pekerjaan yang berada di nomor 5 adalah ibu rumah tangga. Dan naskah bagi visual segmen ini berbunyi: Banyak perempuan telah berpendidikan tinggi. Banyak perempuan mendapatkan kedudukan tinggi di kantor. Tetapi pekerjaan ibu rumah tangga masih banyak menjadi pilihan. Dan kemudian disambung pendapat sang feminis yang mengatakan bahwa perempuan-perempuan yang memilih menjadi ibu rumah tangga ini merasa tidak percaya diri bahwa mereka mampu menjadi manager atau memegang posisi di dunia profesional. Ditambahkan, perempuan-perempuan ini seakan hanya mencari gampangnya dan mungkin juga berhubungan dengan pemahaman kodrat.

Saya SEDIH sekali mendengar pernyataan-pernyataan itu. Apa yang salah dengan menjadi seorang ibu rumah tangga? Penyamarataan bahwa profesi ibu rumah tangga dipilih karena inferiotas sebagai perempuan adalah picik dan tidak berdasar. Saya kesal pada diri saya sendiri karena terpancing untuk membicarakan hal ini, tetapi saya tak bisa memungkiri bahwa hal ini amat sangat mengganggu. Saya tidak memiliki pembelaan klise untuk para ibu rumah tangga. Saya hanya terganggu pada cara sebagian orang melihat profesi itu sebagai sesuatu yang lemah dan tidak "selevel" dengan menjadi seorang manajer di perusahaan multinasional. Saya terganggu pada orang yang cukup sok tahu untuk bisa bicara seperti itu. Apa ukurannya? Uang? Karir? Pengaktualisasian diri? Atau ada omong kosong lain yang belum saya sebutkan? 

Saya muak dengan sempitnya cara berpikir sebagian orang. Saya muak dengan media yang berlagak seakan paling tahu dan punya hak menentukan apa yang baik dan tidak. Saya muak pada orang yang bicara tentang kodrat tanpa mengetahui artinya. Saya muak pada orang-orang yang terlalu naif untuk percaya pada semua omong kosong itu. Saya muak pada cara sebagian orang mendefinisikan kata emansipasi sebagai keinginan perempuan untuk menjadi seperti laki-laki. Saya muak dengan pertanyaan-pertanyaan bodoh tentang emansipasi. Saya muak pada perempuan-perempuan yang percaya bahwa harga dirinya ditentukan oleh media dan masyarakat. 

Saya muak. Setiap tahun hari Kartini hanya dimaknai sebagai sebuah perayaan dengan balutan baju-baju daerah, lagu Ibu Kita Kartini atau acara-acara TV yang bicara tentang kehebatan perempuan-perempuan. Lalu kenapa kalau perempuan bisa jadi supir taksi? Kenapa kalau perempuan bisa jadi bos? Kenapa kalau perempuan bisa jadi presiden? ITU HAL YANG WAJAR. Sewajar ketika dia MEMILIH menjadi IBU RUMAH TANGGA. SEHARUSNYA perempuan (atau laki-laki) memang BOLEH MEMILIH menjadi APAPUN yang mereka inginkan. Itu intinya. 

Comments

  1. dari awal pemilihan "ibu rumah tangga" sebagai profesi juga sudah aneh, menurut g. Mungkin maksudnya meninggi-kan 'status' ya.. Lebih baik ga usah dimasukkan ke daftar sekalian soalnya menjadi ibu rumah tangga itu sudah "destiny" seperti melahirkan, merawat, mengurus rumah. hehehe..lagian kalo sudah berkeluarga semua wanita juga someday bakal jadi fulltime housewife dan partime profesi-nya masing-masing. hehhehe, kan mau ga mau ngabisin waktu-nya pasti di rumah. hehhehehe...
    -tik-

    ReplyDelete
  2. Iya, memang. Memasukkannya sebagai profesi adalah hal yang aneh. Sebenernya itu sudah pelecehan tersendiri loh, kalau maksudnya adalah "meninggikan" derajatnya.

    ReplyDelete
  3. Menurut saya, jadi ibu rumah tangga justru pekerjaan mulia karena jaman sekarang mulai jarang ada perempuan yang rela jadi ibu rumah tangga seutuhnya.
    Padahal, ibu rumah tangga itu mulia lho..kerjanya nggak mudah..jadi jantungnya rumah tangga..sedih deh..

    ReplyDelete
  4. Betul! Dan kalo boleh mengutip Oprah, dia sering banget bilang kalo pekerjaan ibu rumah tangga adalah pekerjaan terberat dan tersulit. Jadi.. Ya kita memang harus sedih kalau memang ada orang yang dengan seenaknya merendahkan pilihan seseorang menjadi ibu rumah tangga.

    ReplyDelete
  5. halo Ndien,,
    memang ibu rumah tangga (hanya) mengikuti kodrat,, tapi sama sekali bukan pekerjaan remeh,, berat banget,, kalo sukses jarang yg ksh penghargaan,, kalo ga sukses bayangin stigma masyarakat kita,,

    Agak sebel juga ma orang2 kayak gitu,, but this article,, makes me more,, more respect and love my mom,,

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts